Oleh: Ustaz Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
ChanelMuslim.com – Dimensi syukur dalam kehidupan. Dari Abi Yahya, Shuhaib bin Sinan ra, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh mempesona urusan orang yang beriman. Karena semua urusannya adalah baik baginya.
Dan hal yang demikian itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kebaikan, dia akan bersyukur, (karena) hal itu adalah yang terbaik baginya.
Jika ia mendapatkan kesulitan, maka dia bersabar, (karena) dia tahu bahwa hal itu adalah yang terbaik baginya.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Menikah, Berkeluarga, Lalu Apa?
عَنْ أَبِيْ يَحْيىَ صُهَيْبٍ بْنِ سِنَانٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنهما قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ (متفق عليه)
Hikmah Hadits tentang Dimensi Syukur
Bahwa orang yang beriman memiiliki cara pandang yang “positif thinking”. Karena apapun kondisi yang menimpanya, ia akan selalu menanggapinya dengan postif (baca; khair).
Ketika mendapatkan kebahagiaan, ia akan bersyukur (baca ; mengembalikan kebahagiaannya tersebut kepada Allah). Karena ia tahu, hal itu merupakan hal terbaik yang Allah berikan kepadanya.
Sementara, apabila ia mendapatkan musibah, atau suatu kondisi yang tidak menyenang, maka ia pun bersabar. Karena ia tahu, pasti ada hikmah mendalam yang ingin Allah berikan kepadanya, di balik musibah yang menimpa dirinya.
Dan sifat seperti inilah, yang menjadikan manusia mendapatkan kemuliaan, atau dalam bahasa hadits di atas diistilahkan dengan “ajaban” (sungguh mempesona).
Syukur merupakan cerminan dari sebuah sikap berterima kasih atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan oleh Sang Khaliq. Rasa terima kasih tersebut diimplementasikan dalam bentuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa taala. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا … (متفق عليه)
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melakukan qiyamul lail hingga kedua telapak kaki beliau bengkak.
Aisyah radhiyallahu anha berkata kepada beliau, ‘Mengapa engkau melakukannya hingga seperti ini? Padahal, Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang?”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, ‘Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?” (Muttafaqun Alaih)
Dimensi Syukur dari Segi Bahasa dan Istilah
Dari segi bahasa, syukur berarti ( الزيادة ) bertambah. Sedangkan dari segi istilah, syukur adalah ( القيام بطاعة المنعم ) “sebuah upaya untuk mentaati Sang Pemberi ni’mat (Allah Subhanahu wa taala).”
Sehingga implementasi syukur dalam kehidupan adalah dengan memperbanyak ibadah kepada Allah Subhanahu wa taala. Dan dengan syukur akan menambah nikmat.
Syukur merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap muslim. Dan demikian pentingnya syukur, hingga Allah Subhanahu wa taala menyebutkan kata syukur sebanyak 75 kali dalam Al-Qur’an.
Syukur juga merupakan jalan yang akan ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah Subhanahu wa taala berfirman:
إِنَّا هَدَيْنَا السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُوْرًا
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan/76: 3)
Syukur dilakukan dengan tiga hal, pertama syukur dengan hati, yaitu dengan ‘meyakini’ bahwa segala kenikmatan merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wa taala.
Kedua, syukur dengan lisan, yaitu mengungkapkannya dengan maksud memuji Allah Subhanahu wa taala, minimal dengan mengucapkan alhamdulillah,
dan ketiga, syukur dengan anggota badan, yaitu dengan memfungsikan seluruh anggota badan untuk mentaati Sang Pemberi Kenikmatan, yaitu Allah Subhanahu wa taala (dengan beribadah kepada-Nya).
Keutamaan Dimensi Syukur
Syukur memiliki banyak sekali keutamaan, di antara keutamaan bersyukur adalah sebagai berikut:
a. Bersyukur berarti melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa taala. Allah berfirman:
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْنَ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nimat) -Ku.” (QS. Al-Baqarah/2: 152)
b. Bahwa suatu kaum yang bersyukur, akan selamat dari azab Allah Subhanahu wa taala. Allah berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا
“Allah tidak akan akan mengazab kalian, jika kalian bersyukur dan beriman. Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’/4: 147)
c. Allah akan menambah kenikmatan-Nya terhadap orang-orang yang bersyukur:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan ingatlah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingakari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim/14: 7)
d. Syukur merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah Subhanahu wa taala.
فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nimat-Nya).
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS An-Naml/27: 40)
Bersyukur akan Kembali kepada Diri Sendiri
e. Bahwa dampak positif dari bersyukur akan kembali kepada dirinya sendiri, yaitu berupa kebaikan yang banyak:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ ِللهِ، وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَر فَإِنَّ اللهَ غني حَمِيْدٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan hikmat kepada Luqman (yaitu), ‘Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.
Dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman/31: 12)
Mudah-mudahan kita semua termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bersyukur, yang kelak akan mendapatkan segala keutamaan dan kebaikan yang terdapat dalam sifat syukur.
Serta semoga kita dan seluruh keluarga kita dihindarkan Allah Subhanahu wa taala dari segala keburukan,
baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, serta dihindarkan dari segala musibah, segala mara bahaya dan segala yang tidak kita inginkan. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu a’lam bish shawab.[ind]