KISAH pasukan Salib telah sampai di dekat Baitul Maqdis, persiapan menjajah Masjid Al Aqsha.
Pernah ada masanya. Masa ketika dunia Islam tidak baik-baik saja, sama seperti hari ini.
Terpecah, teradu domba, memenangkan diri sendiri sehingga musuh memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil sesuatu yang kita muliakan: Al Aqsha dan Palestina.
Ternyata bukan cuma zaman ini, sebab dulu, Palestina pernah dijajah oleh pasukan Salib selama 88 tahun lebih lamanya.
Dan kita bertanya-tanya, kenapa itu bisa terjadi?
Itu pun juga membuatku termenung. Aku pernah mengira bahwa di zaman dulu umat Islam selalu menang dan tak terkalahkan.
Ternyata, semakin aku dewasa aku menyadari bahwa begitu nyatalah firman Allah tenang siklus kehidupan itu.
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran.” (QS. Ali Imran 140).
Kemenangan dan kekalahan bergulir, dan itu pulalah yang terjadi di masa lalu. Termasuk pada umat Islam.
Meski, di zaman ini kita sedang kalah-kalahnya.
Di zaman ketika pasukan Salib datang ke Palestina, mereka bukanlah dalam keadaan seperti sekarang.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dr Ali Ash Shalabi menulis, “Dalam 10 tahun sebelum pasukan Salib datang ke Palestina, bencana alam dan kelaparan mematikan terjadi di Eropa, terutama di Prancis utara dan Jerman barat, dan mungkin ini menjelaskan kepergian banyak petani dan budak dari wilayah tersebut.”
Ya, kala itu Eropa tidak kaya, pun tidak pula berilmu. Mereka dalam gelapnya hidup dan kemiskinan yang menjadi-jadi.
Maka, satu alasan terbesar yang menjadi motivasi pasukan Salib datang ke Palestina, sebagaimana tulis Dr Ali Ash Shalabi, “Mau tidak mau mereka harus mencari tanah yang tersedia dengan makanan minuman yang cukup. Dimana pun tanah itu berada, itu lebih baik bagi mereka daripada mati perlahan karena kelaparan di Eropa.”
Hal itu dibaca dengan sangat baik oleh Paus Urbanus II sang inisiator perang Salib, maka banyaklah orang-orang berduyun menyambut seruan untuk menjarah Palestina tersebut.
Hal berat itu jugalah yang menyatukan bangsa Eropa.
Muhammad Mu’nis Awadh dalam Kitab Al Hurub Ash Shalibiyyah: Al Alaqat Baina Asy Syarq Wal Gharb menulis, “Keadaan Eropa itu mendukung keinginan Paus untuk menyatukan dan memimpin Eropa. Gerakan perang Salib ini akan mengembalikan otoritas politik dan militer penuh gereja.”
Baca juga: Kisah Shalahuddin Al Ayyubi dan Impiannya untuk Berhaji
Kisah Pasukan Salib Telah Sampai di Dekat Baitul Maqdis, Persiapan Menjajah Masjid Al Aqsha
Sementara itu, bagaimana sebenarnya keadaan dunia Islam?
“Dengan dimulainya perang Salib pertama, dunia Islam mengalami perpecahan, kelemahan, dan keruntuhan, sehingga gelombang pasukan musuh tersebut mampu mencapai tujuannya”, tulis Dr Ali Ash Shalabi. Berikut ini poin-poin yang akan menggambarkan padamu bagaimana keadaan Kaum muslimin saat itu :
Kala itu, tidak ada persatuan di antara negeri-negeri muslim.
Sebagian negeri-negeri muslim tersebut justru merespon negatif seruan perjuangan untuk membela Palestina dan mengusir pasukan Salib.
Sementara itu, pasukan Salib mendapatkan suplai bantuan terus-menerus dari Eropa melalui geraja, para bangsawan dan donatur tetap demi mencapai tujuan mereka.
Terjangkitnya dunia Islam dengan kediktatoran politik yang melemahkan gerakan umat.
Tersibukkannya para ahli fiqh saat itu dengan urusan-urusan yang tidak relevan dengan terjajahnya Al Aqsha dan Palestina.
Membaca poin-poin yang disampaikan Dr Ali Ash Shalabi itu membuatku terdiam beberapa saat. Ia seperti cermin yang bisa kita lihat di zaman ini. Dekat dan lekat.
Seakan sejarah sedang mengulang dirinya. Al Aqsha dijajah, Umat terpecah, akidah tercerabut dan ilmu ditinggalkan. Akhirnya musuh leluasa bermain-main dengan kesucian Al Aqsha.
Namun, tahukah kamu? Justru di masa-masa sulit itulah Shalahuddin Al Ayyubi hadir.
Di saat-saat pekat itulah hadir ulama Rabbani bernama Abu Hamid Al Ghazali, Syaikh Abdul Qadir Al Jilani, yang berusaha memecah kesunyian dan menciptakan gerakan pembebasan.
Dan kini, aku pun merasakan gerakan itu hadir lagi di tengah-tengah umat ini.
Sumber: Gen Saladdin Channel
[Sdz]