ChanelMuslim.com – Ciri cinta sejati, ingin mengerjakan sendiri. Jobdesc rumah tangga seperti terbentuk alami. Suami tugas di luar rumah, istri di dalam. Tapi adakalanya, dinamikanya bisa lebih rumit dari itu.
Secara normal dan turun temurun ada kesepakatan tidak tertulis dalam jobdes suami istri. Suami bertugas mencari nafkah, dan istri mengurus urusan dalam rumah.
Seperti mengurus anak, memasak, kerapian rumah, dan sejenisnya.
Namun, dinamika yang terjadi kadang tidak semulus yang dibayangkan. Seperti, suami yang terpaksa banting stir mencari nafkah dari rumah.
Atau sebaliknya, istri yang justru aktif keluar rumah mencari nafkah.
Baca Juga: Ciri Cinta Sejati Meluruskan tanpa Menjatuhkan
Hal ini sulit terhindarkan. Karena urusan ekonomi rumah tangga jauh lebih penting dan mendesak dari tata aturan normatif jobdes suami istri.
Inilah yang akhirnya memunculkan fleksibilitas tugas suami istri.
Ciri Cinta Sejati Ingin Mengerjakan Sendiri
Sayangnya, tidak semua daerah memiliki fleksibilitas ini. Seolah seperti tertulis baku bahwa tugas istri mengurus anak, memasak, dan pernak-pernik kerapian rumah.
Padahal, ia juga berprofesi sebagai guru, atau profesi lain yang kadang biasa dan tidak jarang yang terasa tidak biasa.
Jadilah beban itu menjadi lebih berat di istri daripada suami. Sudah capek pulang dari tempat kerja, tapi juga harus menyapu rumah, memasak, bahkan memandikan anak-anak.
Di masyarakat awam, kadang gamblang betapa suami cuek dengan urusan anak dan rumah. Sementara istri yang juga berdagang di rumah, mau tak mau, juga memegang tanggung jawab itu.
Contoh, ada suami yang tetap memanggil istrinya ketika anaknya pipis di celana. Sementara sang istri sedang repot memasak.
Suami tetap memanggil-manggil istrinya padahal ia hanya sedang membaca koran atau sekadar “menengok” isi ponsel.
Kenapa tidak suami sendiri yang mengambil alih tugas itu. Karena memasak boleh jadi sebagai pekerjaan yang tidak bisa ditinggal walau sementara.
Dan, tidak ada alasan bagi suami untuk merasa tidak sepadan antara dirinya dengan mengurus pipis anaknya.
Tugas Ideal Suami Istri
Secara ideal, suami bertanggung jawab penuh atas rumah tangganya. Mulai dari nafkah, pendidikan anak, memasak, cuci mencuci, termasuk kerapian rumah.
Kalau suami tidak bisa turun tangan langsung, ia bisa membayar asisten rumah tangga.
Lha, istrinya ngapain? Istri bertugas sebagai manajer rumah, termasuk mengawasi pendidikan dan kasih sayang anak-anak.
Ia pun seperti ratu di rumahnya yang selalu bersih, cantik, dan berhias wangi.
Itulah yang biasa terjadi di masyarakat Arab hingga sekarang. Jangan heran jika di beberapa negara muslim, pasar-pasar tradisional atau modern lebih banyak dikunjungi laki-laki untuk belanja daripada wanita.
Bagaimana kalau suami tidak mampu membayar asisten rumah tangga?
Ia menjadi petugas serba bisa. Bisa belanja, memasak, mencuci, mengurus rumah, dan tentu saja mencari nafkah.
Namun di Indonesia, model aturan ini sangat jarang diterapkan. Kalau di Arab wanita begitu dimanjakan, kalau di sini, suamilah yang terkesan lebih diistimewakan.
Padahal, tanggung jawab rumah tangga, seluruhnya, menjadi urusan suami. Istri hanya membantu.
Mungkin karena ekonomi dan tradisi tadi, suami di negeri ini menjadi terkesan serba “enak”. Apa-apa serba dilayani istri, padahal hasil nafkahnya sangat pas-pasan.
Teladan Nabi
Kalau ingin melihat seperti apa aturan rumah tangga yang ideal, bisa melirik dinamika rumah tangga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sesibuk apa pun urusan luar rumah, Nabi selalu berusaha mengerjakan kebutuhannya sendiri di rumah. Seperti menjahit, kebersihan rumah, dan lainnya.
Prinsipnya, Nabi ingin membuat nyaman istrinya di rumah. Ia pernah mengatakan yang kira-kira bunyinya, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya). Dan aku adalah yang terbaik untuk keluargaku (istriku).”
Itulah kenapa Allah Subhanahu wata’ala melebihkan kemampuan fisik laki-laki dari wanita. Tidak ada istilah datang bulan untuk laki-laki, tidak pernah hamil, tidak juga melahirkan, dan lainnya.
Jadi, jangan ada lagi suami yang cuek saja dengan urusan anak-anak dan kebersihan rumah, padahal ia sedang asyik nyantai.
Pahamilah bahwa semua itu sebenarnya tanggung jawab Anda yang diperbantukan istri. Bukan sebaliknya. [Mh]