ChanelMuslim.com – Kisah pernikahan Muhammad dengan Khadijah bisa dibilang merupakan salah satu pernikahan yang indah.
Khadijah adalah seorang perempuan yang kaya raya. Pada masa itu, dia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik, pandai dan sekaligus kaya.
Sebelum Muhammad melamar, sebelumnya sudah banyak banyak para pemuda dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya, namun selalu ditolaknya, ia beranggapan bahwa semua laki-laki yang menikahinya hanya untuk mengincar hartanya.
Setibanya di Makkah, Khadijah tahu keuntungan dagangannya melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya. Apalagi setelah pembantunya, Maisarah, mengabarkan kepadanya apa yang dilihatnya pada diri beliau selama menyertainya, bagaimana sifat beliau yang mulia, cerdik dan jujur, maka seakan-akan Khadijah mendapatkan barangnya yang hilang yang sangat diharapkannya.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil penjualan barang yang dibeli, serta berbagai pengalaman kecil dalam perjalanan.
“Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan,” demikian sebagian kisah Maisarah.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad.
Ada hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis. Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad.
Padahal, keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki “Sentuhan Emas”, tepatlah apabila Muhammad disebut memiliki “Sentuhan penuh berkah”.
“Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara para rasul pada masa yang akan datang.”
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu setelah suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak.
Sesaat setelah mengetahui bagaimana pribadi Muhammad, timbul rasa cinta pada diri Khadijah, dan bersedia membuka hati untuk sebuah pernikahan yang selama ini tidak terpikirkan olehnya, mengingat sudah banyak laki-laki yang ditolak. Keinginan yang sama juga muncul pada benak Muhammad, pada satu saat, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang dari Ka’bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun bertanya
“Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak. Mengapa kau tidak mau menikah?” tanya Nafisah.
“Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah.”
Nafisah melanjutkan dengan berkata: “Bagaimana jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat, tidakkah mau menerima?”
Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,
“Siapakah wanita itu?”
“Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid,” jawab Nafisah.
Muhammad pun heran, bagaimana mungkin Khadijah mau menikah dengan Muhammad, padahal banyak para pemuka dan pemimpin yang ingin menikahinya.
Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka, tidak lama kemudian Khadijah bersepakat menentukan waktu bertemu antara keluarga Muhammad dan keluarganya untuk menentukan tanggal pernikahan.
Pernikahan itu sendiri berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad.
Jarang ada pernikahan dilangsungkan sedemikian agung, yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Di situ dimulailah kehidupan Muhammad dan Khadijah sebagai suami istri. Waktu itu, Muhammad berumur 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.[ind/Walidah]
Bersambung