ChanelMuslim.com- Siapa pun kita pasti punya rahasia. Bisa tentang kekurangan diri, hal buruk yang pernah dialami, soal keuangan, sikap pribadi, dan lainnya.
Tak gampang membocorkan rahasia-rahasia itu ke orang lain. Kecuali ada keperluan atau terhadap orang yang bisa dipercaya untuk menjamin yang bocor itu tetap sebagai rahasia.
Tapi masalahnya, apakah ketentuan itu juga berlaku terhadap hubungan antar suami istri. Bukankah keduanya sudah saling percaya. Dan, tak ada orang di dunia ini yang lebih dekat selain suami dan istri.
Kalau suami istri masih saling menyimpan rahasia, apakah hubungan normalnya tidak terganggu. Karena rahasia buat seseorang bisa dinilai sebagai misteri oleh pihak lain. Dan kalau masih ada misteri, tidakkah akan mencederai hubungan itu.
Menimbang Baik Buruk Buka Rahasia
Hubungan suami istri merupakan relasi sakral. Persis seperti hubungan anak dan orang tua. Karena itu, relasi itu harus dijaga semaksimal mungkin. Potensi kebaikannya ditumbuhkembangkan. Dan, yang sebaliknya dihindari sejauh-jauhnya.
Di mana hubungannya dengan buka rahasia? Tidak semua yang ditujukan kebaikan akan menjadi baik. Contohnya dalam membuka rahasia ini.
Misalnya, seorang suami ditaksir atau digoda rekan wanita sekantornya. Ia menganggap hal itu sebagai angin lalu. Tak perlu digubris. Apalagi sampai diambil hati.
Buat suami, kejadian itu memang sebagai hal kecil yang tak perlu dibesar-besarkan. Tapi buat istri, hal itu akan menjadi hal besar meski tidak dibesar-besarkan.
Bayangkan jika berita tentang peristiwa itu diceritakan suami ke istri. Apa yang akan terjadi? Meski sejuta kali suami mengatakan bahwa hal itu soal kecil dan sedikit pun ia tidak terpengaruh, tapi akan tetap terasa lain buat istri.
Setidaknya, berita itu akan menjadi bahaya laten yang harus selalu ia waspadai. Memori waspada itu akan terus melekat. Dan boleh jadi akan mengendap menjadi gunungan yang sewaktu-waktu bisa longsor jika ada pemicu.
Di sinilah soal rahasia itu. Jika hal itu tetap terjaga menjadi rahasia suami, potensi buruk yang mungkin dialami istri akan tidak terjadi. Dan bukankah menceritakan sesuatu yang dialami berarti sudah menganggap besar tentang yang dialami. Begitu pun sebaliknya.
Contoh lain bisa muncul dari istri. Ada rahasia yang dimiliki istri berkaitan dengan suaminya. Jauh sebelum pernikahan mereka berlangsung, sebenarnya ada keberatan dari pihak ayah. Ayahnya sebenarnya tidak setuju karena calon suami putrinya penghasilannya kecil.
Tapi setelah diyakinkan, sang ayah akhirnya mengalah. Ia menyerahkan keberatannya itu kepada putrinya. Kalau bersedia menerima, berarti menerima risikonya. Mudah-mudahan, yang dikhawatirkan berupa krisis ekonomi rumah tangga nantinya tidak terjadi.
Hal ini tentu tidak diketahui pihak suami. Karena hal itu memang menjadi rahasia keluarga istri. Bayangkan, jika istri menceritakan itu kepada suaminya. Bahwa ayahnya sebenarnya tidak setuju. Dengan kata lain, suami akhirnya tahu bahwa ayah mertuanya sebenarnya berat hati menikahkan putrinya dengan pria yang penghasilannya kecil.
Maka, tanpa disadari, akan muncul ketidaknyamanan suami. Ia merasa seperti menantu yang tidak begitu diharapkan. Tapi karena sudah takdir, yah, apa boleh buat.
Cepat atau lambat, akan muncul imperioriti pada suami saat berada di tengah keluarga besar istri. Ia akan minder. Bahkan mungkin merasa bersalah.
Lalu, bagaimana memilah rahasia yang bisa diceritakan suami istri dan mana yang tetap menjadi rahasia? Insya Allah bersambung. (Mh)