ADA suatu kisah pada zaman kekhalifahan Rasulullah Sallallahu’alaihi wa Sallam tentang seorang yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam memegang teguh keimanannya. Itulah Khabbab bin Arat. Dikisahkan ketabahan Khabbab bin Arat sangat luar biasa sehingga siksaan demi siksaan dari orang-orang kafir tak membuatnya gentar.
Pada suatu ketika, Sya’bi menceritakan, “Khabbab menujukan ketabahannya. Ia tidak gentar sedikitpun menghadapi tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga dagingnya terkelupas.”
Siksaan yang diterima memang sangat berat, namun ketabahan Khabbab lebih kuat dari semua siksaan itu.
Orang-orang kafir Quraisy telah mengubah semua besi bahan baku untuk membuat pedang yang ada di rumah Khabbab menjadi belenggu dan rantai besi.
Lalu, mereka masukkan ke adalam api hingga menyala dan merah membara. Setelah itu, mereka lilitkan ke tubuh, kedua tangan dan kedua kaki Khabbab.
Baca juga : Kisah Istri-Istri Rasulullah Meminta Tambahan Nafkah
Ketabahan Khabbab bin Arat
Pada suatu hari, bersama rekan-rekan sependeritaannya Khabab bin Arat, ia menemui Rasulullah saw, bukan karena kecewa atas pengorbanan, melainkan berharap bisa memperoleh keselamatan. Mereka berkata,
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau memintakan pertolongan untuk kami?”
Sebaiknya, marilah kita dengarkan Khabbab menceritakan langsung kisah ini.
“Kami mengadu kepada Rasulullah saw, yang saat itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya, di bawah naungan Ka’bah. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mintakan pertolongan untuk kami?”
Rasulullah saw pun duduk, dengan wajah memerah. Beliau bersabda,
“Dahulu, sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil sebuah gergaji untuk menggergaji kepalannya, tetapi siksaan itu tidak memalingkannya dari agamanya.
Adapula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi. Itu juga tidak dapat menggoyahkan keimanannya.
Sungguh, Allah akan menyempurnakan agama ini, hingga setiap musafir yang bepergian dari Shan’a ke Hadhramaut, tidak takut kecuali kepada Allah’Azza wa Jalla, dan tidak khawatir kambingnya dimakan oleh serigala. Hanya saja kalian ini tergesa-gesa.”
Mendengar sabda Rasulullah ini, keimanan dan keteguhan hati mereka semakin mantap. Mereka berikrar akan mempersaksikan puncak keteguhan, ketabahan dan pengorbanan yang akan membuat Allah dan Rasul-Nya ridha.
Demikianlah, Khabbab menghadapi semua siksaan dengan sabar, tabah dan tawakal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummu Anmar, mantan tuan Khabbab.
Wanita ini mengiyakan lalu ikut menyiksa Khabbab. Ia mengambil besi panas membara, lalu menaruhnya di atas ubun-ubun Khabbab.
Khabbab sangat kesakitan, namun dengan sekuat tenaga ia menahan napas dan suaranya agar tidak keluar keluhan yang akan menjadikan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira.
Pada suatu hari Rasulullah saw menjenguknya yang sedang disiksa dengan besi membara yang ditaruh di atas kepalannya hingga kulit kepalanya hangus.
Melihat itu, hati Rasulullah bagai tercerabut dari tempatnya. Namun, apa yang bisa Rasulullah saw lakukan untuk menolong Khabbab saat itu? Tidak ada…., kecuali meneguhkan hatinya dan mendoakannya.
Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab.”
Dan, kehendak Allah pun berlaku tanpa ada yang bisa menghalangi. Sedang beberapa hari, Ummu Anmar menerima hukuman sepadan, seolah-olah sebagai peringatan baginya dan algojo-algojo lainnya. Ummu Anmar terkena penyakit rabies yang mengerikan, sampai-sampai ia melolong seperti anjing.
Ada yang memberikan nasihat bahwa obatnya hanya besi panas yang ditempelkan di kepalanya.
Demikianlah, kepala yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan ke kepalannya setiap pagi dan petang. [MRR]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom