ChanelMuslim.com – Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia melakukan kunjungan kerja secara virtual ke para pemangku kepentingan di Provinsi Maluku, Senin (14/12) untuk mendiskusikan peluang perdagangan dan investasi yang dituangkan dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan bahwa Provinsi Maluku, dan Indonesia bagian timur pada umumnya, memiliki potensi yang belum tergali untuk perdagangan dan investasi yang lebih besar dengan Eropa.
“Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) saat ini tengah dirundingkan dan setelah berhasil dirampungkan, maka ini akan meningkatkan perdagangan dan memfasilitasi investasi bagi kedua belah pihak. Ini akan mampu menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Piket.
Saat ini, EU-Indonesia sedang menegosiasikan kesepakatan CEPA. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya menjangkau komunitas bisnis di seluruh Indonesia, yang menjadi komitmen CEPA.
“Kami melakukan roadshow semacam ini ke Sumatera, Jawa, dan sekarang ke Maluku, sebagai provinsi yang memiliki potensi perdagangan barang dan sumber daya alam yang sangat besar. Meski demikian, ekspor Maluku ke benua Eropa masih belum seoptimal yang kita harapkan, oleh karenanya roadshow ini diharapkan dapat membuka akses lebih luas,” tambah Piket.
Menurut Piket, Uni Eropa optimis dapat merampungkan negosiasi kerja sama CEPA dan bisa segera mengalirkan dukungan serta investasi di Indonesia, untuk dapat mendongkrak kesempatan kerja dan kesempatan dagang di Indonesia.
”Selama lebih dari 30 tahun, Uni Eropa telah bermitra dengan Indonesia untuk melaksanakan prioritas bersama, termasuk perdagangan dan investasi,” kata Duta Besar Uni Eropa itu.
Sebelum pandemi, Uni Eropa menyadari pentingnya untuk meningkatkan lingkungan yang kondusif untuk berinvestasi di Indonesia. Studi-studi yang ada menyatakan antara 2030-2032; CEPA diprediksi dapat menyumbang pertumbuhan ekstra bagi Indonesia senilai 5 miliar Euro dari tahun ke tahun, meningkatkan GDP, dan ekspor Indonesia bisa meningkat hingga 18%.
“Ini berarti merestrukturisasi dan memperkuat perekonomian Indonesia. Uni Eropa memberikan dukungan subsidi agar negara-negara anggota siap dengan penyediaan insentif di sektor-sektor yang sangat terdampak pandemi, untuk dapat mengembalikan daya beli konsumen dan mendorong perputaran ekonomi,” kata Piket.
Uni Eropa sangat optimis bahwa hasil laut dan perikanan, serta kekayaan rempah-rempah Ambon, menjadi daya tarik dan potensi dagang besar dengan pasar Uni Eropa.
“Untuk itu, kita perlu memastikan sanitari dan fitosanitari bahan pangan dari Maluku yang diekspor ke EU. Begitu pula dengan potensi pariwisata Maluku yang berkelanjutan dan lingkungan hidup yang terpelihara baik,” ujarnya.
Tahun lalu, Uni Eropa meluncurkan program lima tahun yaitu ARISE+ Indonesia Trade Support Facility senilai 15 juta euro. Program ini memberikan dukungan teknis kepada pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kapasitas ekspornya dan memenuhi aturan dan standar perdagangan internasional, termasuk di antaranya bantuan penanganan masalah Sanitary and Phythosanitary (SPS) di bidang perikanan dan pala, dua sektor penting di Provinsi Maluku.
Ikan dan udang merupakan komoditas ekspor terbesar Maluku. Pada periode Januari-Oktober 2020 nilai ekspor ikan dan udang mencapai USD 37,25 juta, atau setara dengan 74,21% dari total ekspor provinsi.
Di lain pihak, Anton Lailossa, Kepala BAPPEDA Maluku mewakili Gubernur Maluku, Murad Ismail, mengatakan bahwa Maluku terus berbenah dan menyambut baik perjanjian CEPA.
“Maluku memiliki nilai historis dengan Uni Eropa di bidang rempah-rempah dan pariwisata, khususnya Negeri Belanda. Maluku kaya dengan rempah-rempah pala,” kata Anton.
Beberapa kendala pernah dialami Maluku dalam hal perdagangan ikan, seperti isu toksin, namun, pelan-pelan masalah tersebut sudah dapat diatasi.
Anton menambahkan, kendala lainnya dalam ekspor perdagangan saat ini yaitu masih harus melalui pelabuhan di Surabaya.
“Karena itu ke depannya, Maluku akan membuat hub internasional sehingga perdagangan dapat lancar dikirim langsung dari Maluku,” imbuhnya.
Maluku tertarik dan mendorong investasi yang lebih tinggi dari negara asing. Anton mengatakan bahwa salah satu upaya pemerintah Provinsi Maluku adalah dengan mereformasi proses, deregulasi kebijakan, peraturan perundang-undangan, dan menyalurkan proses administrasi pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PSTP).
Dalam kunjungan kerja virtual tersebut, Delegasi Uni Eropa bekerja sama dengan Pemda Maluku dan KADIN Maluku menyelenggarakan diskusi panel tentang manfaat CEPA. Panel menghadirkan Marika Jakas, Kepala Bagian Perdagangan dan Ekonomi, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia; Olvy Andrianita, Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan; Wahyuni Bahar, Ketua Komite Tetap Lembaga Multilateral dan Perjanjian Perdagangan Bebas, KADIN Indonesia; dan Wichard von Harrach, Wakil Ketua Kamar Dagang Eropa di Indonesia (EuroCham).
Pada kesempatan ini, digelar sesi yang membahas potensi ekspor ke negara-negara Eropa, mengetengahkan Dr. Anton Lailossa, Kepala BAPPEDA Provinsi Maluku; Sylvie Coulon, Policy Officer Direktorat Kesehatan dan Keamanan Pangan, Komisi Eropa; dan Elvis Pattiselano, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Maluku. Dalam diskusi tersebut, Sylvie Coulon memaparkan persyaratan ekspor ikan dan udang, dua produk ekspor utama Maluku, ke Eropa. Permintaan produk perikanan di Eropa terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pelanggan yang besar, Uni Eropa merupakan pilihan menarik bagi Maluku untuk memperluas dan mendiversifikasi pasar ekspornya.
Sesi mengenai peluang investasi dan kemitraan usaha diisi oleh pembicara Frederic Fontan, Wakil Ketua Kelompok Kerja Energi bidang pembangkit listrik, EuroCham; Sam Latuconsina, Ketua KADIN Maluku; dan Suryadi Sabirin, Kepala Dinas PMPTSP Maluku.
Uni Eropa terus meningkatkan hubungan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Setelah Maluku, kunjungan kerja akan diselenggarakan juga pada tahun 2021 dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.
I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) bertujuan untuk mempromosikan Eropa dan memperkuat hubungan dengan para pemangku kepentingan di Provinsi Maluku serta membahas potensi-potensi kerja sama kedua belah pihak.[ind]