ChanelMuslim.com – Tugas utama sebagai orangtua adalah menggurui anak-anak kita, yakni memberikan tarbiyah dengan sebaik-baiknya. Bukan sekadar memberi tahu ketika salah, apalagi marah ketika ada yang membuat kita tidak nyaman.
Kita membekali anak agar memiliki ilmu sehingga dapat menilai baik dan buruk dengan akalnya. Bukan sekadar membiasakan mereka melakukan hal-hal yang kita anggap baik dan menjauhkan dari hal-hal yang buruk.
Betapa banyak anak yang dibiasakan dengan hal-hal baik, tetapi begitu keluar rumah, dia mengalami gegar budaya sehingga mudah terpengaruh oleh temannya. Lebih runyam lagi kalau orangtua hanya memberi contoh lalu mengira dengan memberi contoh telah cukup untuk menanamkan keimanan dan kebaikan pada diri mereka.
Dan yang paling payah adalah orangtua yang tidak memberi teladan, tidak pula menggurui sehingga anaknya mengilmui, bahkan sekedar menunjukkan mana yang baik mana yang tidak pun ia lalaikan, lalu mengharap anaknya baik.
Akan tetapi hari ini, banyak orangtua takut menyampaikan garis yang tegas, arah yang jelas dan menanamkan alasan yang kokoh karena tidak ingin dianggap menggurui.
Lebih repot lagi, mereka yang seharusnya menjadi guru di sekolah pun takut menggurui anak didiknya. Ia hanya memberi tahu atau bahkan sekedar presentasi di depan siswa, tetapi meninggalkan tugasnya menggurui anak.
Apa yang terjadi jika orangtua dan guru melalaikan tugas menggurui (tarbiyah) ini? Pengetahuan anak tentang agama dan akhlak mungkin banyak, tetapi ia tidak menjadi pegangan, tidak pula menjadi keyakinan yang menggerakkan. Ia hanya menjadi pengetahuan semata. Ia gagap ketika tiba-tiba harus berhadapan dengan keadaan yang tarwijul bathil (mengkampanyekan kebatilan) dan bahkan talqinudh dhalal (mendoktrinkan kesesatan).
Apalagi kalau sebelumnya anak hanya disibukkan dengan berbagai kegiatan yang sangat padat dengan beranggapan kalau anak mempunyai waktu luang akan berpikir yang tidak-tidak sekaligus condong kepada keburukan.
Anak diperlakukan layaknya robot yang dikendalikan melalui remote control. Maka ketika tidak memungkinkan untuk memberi kesibukan yang sangat padat, anak pun kehilangan inisiatif dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam keadaan itulah ia mudah terpapar oleh keburukan.[ind]
Tulisan Muhammad Fauzil Adhim, 13 Desember 2020