JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengajak tahun 2015 harus menjadi momentum revolusi mental bagi orang tua dalam pengasuhan anak.
Komisioner KPAI Susanto mengatakan, orang tua seringkali seringkali memaksakan kehendaknya dalam hal mendidik anak. Hal itu tentu berpengaruh secara psikologis terhadap anak.
Misalnya dalam hal memilih sekolah bagi anak. Orang tua tidak mengukur seberapa besar kemampuan anak secara akademis serta mental agar mampu beradaptasi di lingkungan sekolah tersebut.
Menurut Susanto, ribuan anak Indonesia masih banyak yang sekolah dan kuliah secara terpaksa karena mengikuti pilihan orang tua.
“Ini tentunya bukan berdasarkan pilihan anak untuk pengembangan bakat dan minatnya. Akibatnya, perkembangan potensi anak kurang optimal,” paparnya kepada wartawan, Jumat 2 Desember kemarin.
Susanto menambahkan ribuan anak Indonesia masih banyak yang menjadi korban kekerasan dari pola asuh orang tua. Pola asuh yang dikembangkan berdasarkan warisan dan pola yang turun temurun.
“Akibatnya berdampak negatif bagi anak karena kesalahan orang tua,” tegasnya.
Pembentukan karakter juga diperlukan untuk menangkal radikalisme. Orang tua harus melindungi anak dari arus pemikiran radikalisme keagamaan.
Susanto mengajak orang tua pada 2015 ini dengan spirit perubahan cara mendididik anak di mana hal yang bermuatan kekerasan tidak boleh dilakukan.