ChanelMuslim.com – Dua Pandemi
Seorang anak mengungkapkan rasa ingin tahunya kepada ayahnya tentang arti pandemi. Ia sering mendengar orang menyebut pandemi, tapi belum tahu maknanya.
“Yah, aku sering mendengar banyak orang menyebut pandemi, tapi belum tahu artinya,” ucap sang anak memberikan isyarat agar ayahnya bisa menjelaskan.
“Anakku, pandemi itu menunjukkan wabah penyakit yang sudah merata di seluruh dunia,” jawab sang ayah sambil menatap anaknya.
“Yah, kenapa seluruh dunia bisa tertular? Apa penyakitnya yang begitu hebat, atau kitanya yang lemah?” tanya sang anak lagi, lebih jelimet.
Baca Juga: Pandemi Rugikan Pariwisata Global $2,0 Triliun pada 2021
Dua Pandemi
“Masya Allah. Pertanyaanmu begitu bagus, anakku,” sahut sang ayah sambil mengusap rambut puteranya.
“Tentang siapa yang hebat dan siapa yang lemah, jawabannya bisa banyak. Tapi, kitalah yang menyebarkan penyakit ini dari satu tempat ke tempat lain. Jadi, bukan karena penyakit ini yang punya banyak cara agar bisa menularkan kita,” ungkap sang ayah sekenanya.
“Bukankah dunia ini luas, Ayah. Kenapa wabah ini begitu cepat menyebar ke seluruh dunia?” tanya sang anak lagi.
“Dari segi jarak, dunia ini memang luas, anakku. Tapi dari segi waktu, dunia ini begitu sempit,” ucap sang ayah.
“Maksud, Ayah?” sergah sang anak.
“Anakku, saat ini hampir tak satu pun tempat di bumi ini yang tak bisa dikunjungi. Negara seperti tanpa sekat. Dan dengan pesawat, jarak ribuan kilo bisa ditempuh dalam hitungan jam. Bukan hari, apalagi tahun seperti di masa lalu,” jelas sang ayah.
Sang anak mengangguk pelan seperti menunjukkan bahwa ia mengerti penjelasan ayahnya.
“Yah, apakah yang pandemi itu hanya untuk penyakit?” tanya sang anak kemudian.
“Benar, anakku. Hanya untuk penyakit. Tapi…,” ucap sang ayah, terputus.
“Tapi, apa, Yah?” sahut sang anak.
“Bukan hanya untuk penyakit fisik, melainkan juga buat penyakit batin,” ucap sang ayah.
“Penyakit batin itu apa, Ayah?” tanya sang anak.
“Ketika hati dan jiwa kita terinfeksi dosa, saat itulah kita sedang mengalami penyakit batin,” jawab sang ayah.
“Apakah ini juga bisa pandemi, Yah?” tanya sang anak, lagi dan lagi.
“Jauh lebih bisa dari penyakit fisik, Anakku. Bahkan penyebarannya tak mengenal jarak dan waktu. Ketika detik ini orang berbuat dosa di belahan bumi sana, di detik itu pula, kita terjebak dengan tautan dosa yang sama karena menonton dan meniru. Bahkan bisa berulang dan berulang lagi,” ungkap sang ayah, lebih serius.
“Yah, apakah pandemi wabah itu sebagai hukuman Tuhan dari pandemi dosa kita?” tanya sang anak sambil menatap wajah ayahnya begitu lekat.
“Anakku, semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kita dari dua pandemi itu,” pungkas sang ayah sambil tersenyum kepada puteranya. (Mh)