SAHABAT ChanelMuslim, siapa yang suka makan cumi-cumi? Hasil laut ini memang favorit, tapi bagaimana hukum makan cumi-cumi dalam Islam?
Seorang pembaca ChanelMuslim.com yang penasaran dengan hal ini bertanya kepada Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Ustaz, saya mau bertanya tentang hukum makan cumi-cumi, apakah benar makan cumi-cumi haram karena ada tinta hitamnya?
Pengurus PP Al Irsyad Al Islamiyah Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan bahwa hewan air, baik laut atau air tawar, menurut mayoritas ulama adalah halal, termasuk cumi-cumi, sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Katsir Rahimahullah.
Baca Juga: Tips Mengolah Cumi agar Tidak Alot dan Bau Amis
Hukum Makan Cumi-cumi
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
أُحِلَّ لَكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡبَحۡرِ
“Dihalalkan bagimu hewan buruan laut.” (QS. Al-Ma’idah : 96)
Hanya saja, bagi Hanafiyah ayat di atas masih umum dan telah dibatasi oleh hadis yang menyebut bahwa yang halal dari air adalah ikan saja.
Bagi madzhab Hanafi, semua hewan air adalah haram termasuk cumi- kecuali ikan.
Dasarnya sebagaimana hadis mauquf:
أُحِلَّتْ لَكُمْ مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْحُوتُ وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ
“Telah dihalalkan buat kalian dua jenis bangkai dan dua jenis darah, dua jenis bangkai adalah; bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan dua jenis darah adalah darah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314, shahih)
Bagi Hanafiyah hadis ini dianggap membatasi makna “buruan laut” dalam ayat di atas. Jadi, bagi mereka keharaman cumi bukan karena tintanya, karena memang bukan termasuk makna hadis di atas.
Ada pun sebagian Syafi’iyah, cumi diharamkan karena tintanya itu dianggap najis, itu dianggap keluar dari perutnya. Namun ini diperselisihkan sesama Syafi’iyah.
Jika BENAR keluarnya dari perut maka itu najis, jika tidak, maka suci dan tidak apa-apa dimakan.
Kesimpulan:
– Semua hewan laut adalah halal, termasuk cumi-cumi, menurut mayoritas ulama, kecuali Hanafiyah yang menurut mereka hanya ikan yang halal.
– Dalam mazhab Syafi’i, jika tinta itu dari perut cumi, maka itu najis dan tidak boleh dimakan. Jika bukan, maka tidak apa-apa.
Ternyata tinta tersebut bukanlah kotoran, bukan pula kencing, tapi memang diproduksi khusus di tempat khusus pula untuk perlindungan diri sehingga dalam hal ini, lebih tepat hukum memakan cumi-cumi itu halal.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]
Referensi:
– Imam Al Kasani, Bada’i Shana’i, 5/35-36
– Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/198
– Syaikh Sayyid Abdurrahman Ba’alawi, Bughyah al Mustarsyidin, Hlm. 16.