LIMA siswa SMPN 1 Surabaya berhasil menciptakan NeuroAid, sebuah robot pendamping interaksi sosial yang dirancang untuk membantu anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) dalam melatih komunikasi dan pengenalan emosi.
Terinspirasi dari tantangan komunikasi yang dialami anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), mereka mengembangkan NeuroAid, robot pendamping interaksi sosial untuk melatih kemampuan komunikasi dan pengenalan emosi.
Inovasi NeuroAid digagas oleh Kalila Zanetta Echaputri, Alya Prashanti Nur Rizqi Setiyono, Zahwa Aliyah Rahma, Afnan Daan Indrawan, dan Harley Fatahillah Yudhaloka Sunoto.
Baca juga: Siswa JISc, Kumala Prinsenesia Halona PH Raih Runner-Up 1 Miss Hijab Cilik Indonesia 2025
Siswa SMPN 1 Surabaya Ciptakan Robot Pendamping Interaksi Sosial untuk Bantu Anak Autis
Berkat karya tersebut, tim pelajar SMPN 1 Surabaya ini berhasil meraih Gold Medal pada ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) 2025.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, memberikan apresiasi tinggi atas prestasi para pelajar tersebut.
Menurutnya, NeuroAid bukan hanya karya ilmiah, melainkan cerminan keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka yang menekankan profil pelajar Pancasila.
NeuroAid dikembangkan berdasarkan riset bahwa terapi perilaku bagi anak autis membutuhkan biaya tinggi dan waktu panjang. Robot ini dirancang sebagai pendamping yang tenang, terstruktur, dan tidak memberikan tekanan pada anak.
Dengan desain ringkas dan portabel, NeuroAid mampu mengenali wajah, membaca ekspresi emosi dasar, serta memberikan respons suara dan visual yang mudah dipahami.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Yusuf menilai inovasi ini sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan inklusif di Surabaya. Ia melihat NeuroAid berpotensi besar menjadi alat bantu guru dalam menjembatani interaksi dengan siswa ASD di sekolah.
Dalam pengembangannya, NeuroAid dilengkapi kamera dan mikrofon untuk menangkap respons anak. Para pelajar sengaja merancang sistem yang sederhana dan kontekstual dengan budaya lokal, berbeda dengan robot serupa buatan luar negeri yang cenderung mahal dan kompleks.
Ke depan, para siswa berharap NeuroAid dapat diterapkan di sekolah dan rumah sakit di Kota Surabaya. Harapan tersebut mendapat dukungan penuh dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya. [Din]




