ChanelMuslim.com – Ikhlas adalah Buah dari Ketauhidan
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Hakim dalam kitab shahihnya dari Zaid bin Aslam dari ayahnya bahwa suatu hari Umar bin Khaththab keluar rumah dan menyaksikan Muadz bin Jabal menangis di pinggir kubur Rasulullah. Ia bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Muadz?”
Ia menjawab, “Sebuah hadits yang saya pernah dengar dari Rasulullah, beliau berkata, “Riya kecil termasuk syirik, barangsiapa yang memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah mengumumkan perang dengan Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan, bertakwa dan tersembunyi, yaitu orang-orang yang apabila mereka hadir mereka tidak dikenal, dan apabila mereka tidak hadir mereka tidak dicari, hati-hati mereka laksana lampu yang mengeluarkan cahaya petunjuk, mereka selamat dari kegelapan.”
Baca Juga: Terima Kasih untuk Para Guru yang Ikhlas
Ikhlas adalah Buah dari Ketauhidan
Hadits mulia ini mengingatkan kita bahaya riya dan mendorong kita untuk beramal dengan ikhlas dan memuji orang-orang yang bekerja karena ikhlas dimana mereka tidak menginginkan kemewahan dunia atau tidak mengharapkan pujian manusia.
Makna Ikhlas
Ikhlas adalah sebuah amal yang dikerjakan karena menginginkan pujian Allah semata. Ia bebas dari keinginan-keinginan duniawi. Seorang yang ikhlas akan menjauhkan amalnya dari keinginan-keinginan pribadinya seperti mengharapkan harta, ghanimah, jabatan, materi, kedudukan, popularitas di mata manusia, mengharap puji atau menghindari cercaan manusia. Tidak juga mengikuti bisikan hawa nafsunya atau hal-hal lain yang bisa mengotori amalnya, pemisah dari keduanya adalah niat karena Allah atau niat karena manusia.
Dengan makna seperti ini maka ikhlas adalah salah satu buah dari tauhid sempurna yang mengesakan Allah Ta’ala dalam ibadah, karena Allah berfirman,
“Maka barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah ia beramal saleh dan jangan menyekutukan dalam ibadah kepada Tuhannya dengan seorang pun.” (QS. Al Kahfi:110)
Dari sinilah, Rasulullah mengkategorikan riya sebagai lawan dari ikhlas dan termasuk bagian dari syirik kepada Allah. Beliau bersabda, “Yang kecil dari riya adalah syirik.” Beliau juga bersabda, “Riya adalah syirik kecil.”
Dalam riwayat lain, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah sayirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Imam Ahmad) [My/Dalam pangkuan Sunnah/Syaikh Yusuf Qardhawi]