APAKAH sama antara utang piutang dan pinjaman? Ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Ustaz Dr. Oni Sahroni, M.A. Ustaz, Saya mau bertanya, apakah sama antara utang piutang dan pinjaman?
Karena ketika berbicara pinjaman, kadang-kadang tidak hanya berbicara tentang uang. Saya pinjam motor, lalu pemilik motor punya syarat kalau pulang bensinnya harus penuh. Menurut saya itu pinjaman, tetapi bukan uang dan apakah itu riba? Apakah sama jika saya meminjam sesuatu dengan saya berutang sesuatu?
Baca Juga: Adab Utang Piutang
Apakah Sama antara Utang Piutang dan Pinjaman?
Jika yang dipinjam adalah uang disebut qardh, tetapi jika barang disebut ‘ariyah. Sedangkan pinjam motor dengan syarat bensinnya penuh itu diperkenankan (bukan riba) sebagai transaksi ijarah.
Penjelasan
Betulkah pinjam itu terkait dengan barang dan jika terkait rupiah bukan pinjaman?
1. Menurut istilah fikih muamalah, jika yang dipinjam adalah uang disebut qardh. Sedangkan jika yang dipinjam adalah barang atau jasa (selain uang) disebut ‘ariyah. Oleh karena itu, As-Sarkhasi dalam salah satu penjelasannya menegaskan;
عارية الدراهيم والدنانير والفلوس قرض.
“Pinjaman yang berbentuk dirham, dinar, dan fulus adalah qardh”. (al-Mabsuth, as-Sarkhasi 11/145).
Hal ini menunjukkan bahwa jika objek yang dipinjam adalah alat tukar, maka namanya qardh, bukan ‘ariyah.
Sebagaimana juga dijelaskan dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah;
امّا العارية فقَال الْحَنَفِيَّةُ: إِنَّ العارية تَمْلِيكُ الْمَنَافِعِ مَجَّانًا. وَعَرَّفَهَا الْمَالِكِيَّةُ: بِأَنَّهَا تَمْلِيكُ مَنْفَعَةٍ مُؤَقَّتَةٍ بِلاَ عِوَضٍ. وَقَال الشَّافِعِيَّةُ: إِنَّهَا شَرْعًا إِبَاحَةُ الاِنْتِفَاعِ بِالشَّيْءِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ. وَعَرَّفَهَا الْحَنَابِلَةُ: بِأَنَّهَا إِبَاحَةُ الاِنْتِفَاعِ بِعَيْنٍ مِنْ أَعْيَانِ الْمَال. وَامّا القرض فهو دَفْعُ مَالٍ إِرْفَاقًا لِمَنْ يَنْتَفِعُ بِهِ وَيَرُدُّ بَدَلَهُ (الموسوعة الفقهية الكويتية مادة الاعارة والقرض)
“Makna ariyah menurut Hanafiyah adalah memberikan manfaat secara cuma-cuma, sedangkan menurut Malikiyah, memberikan manfaat temporal tanpa imbalan, sedangkan menurut Syafi’iyah, yaitu memberikan manfaat atas suatu barang dengan barang yang masih tetap, sedangkan menurut Hanabilah itu memberikan manfaat suatu barang. Sedangkan makna qardh adalah menyerahkan harta dengan sukarela untuk pihak yang memanfaatkannya yang harus dikembalikan penggantinya”.
2. Contoh yang disampaikan dalam pertanyaan, jika seseorang memanfaatkan fasilitas kendaraan bermotor, kemudian disyaratkan harus mengisi bensin, maka bisa bermakna bahwa sesungguhnya itu bukan pinjaman tetapi (a) menjadi sewa kendaraan bermotor karena bensin tersebut dipersyaratkan sebagai biaya atas pemanfaatan jasa kendaraan tersebut.
(b) Menjadi infak jika bensin tersebut tidak dipersyaratkan. Baik ijarah ataupun infak, semuanya sangat tergantung dipersyaratkan atau tidak, dan apakah itu maksud dari kedua belah pihak tersebut atau tidak.
Sebagaimana kaidah yang berlaku dalam teori akad menurut Malikiyah dan Hanabilah;
اَلْعِبْرَةُ فِي الْعُقُوْدِ بِالْمَقَاصِدِ وَالْمَعَانِي لَا بِالْأَلْفَاظِ وَالْمَبَانِي
“Yang menjadi standar dalam akad adalah maksud dan maknanya, bukan lafadz dan bentuk perkataan.
Peminjaman atau sewa kendaraan bermotor dengan syarat bensin tersebut itu bukan riba, tetapi ijarah (jika dipersyaratkan) atau infak (jika tidak dipersyaratkan). Oleh karena itu, muamalah ini diperkenankan.
Semoga Allah yang Maha Rahman memudahkan dan meridhai setiap ikhtiar kita. Amiin. [ind/Cms]