oleh: Srimah Muji (Tim Humas Salimah Gayo Lues)
ChanelMuslim.com – Ramadan telah berlalu, hari raya pun telah dirasai dan kue-kue lebaran sudah dicicipi. Semoga Ramadan kita tahun ini diterima Allah, di-delete semua khilaf serta salah dan disucikan diri, Selamat hari raya Idul Fitri untuk segenap pembaca kami.
Ramadan tahun ini berbeda dan adakalanya mencengangkan, sungguh mengherankan. Ada orang yang tak shalat tapi berkoar-koar pinta baju lebaran. Ada orang yang tak puasa tapi setiap petang sibuk cari jatah bukaan. Lalu kita? Semoga di antara kita tidak ada yang berlaku demikian, sebab kata Nabi, “Sungguh merugi, orang-orang yang puasa hanya sekadar menahan haus dan lapar saja. Dan sungguh celaka orang-orang yang mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa.”
Mereka tak dapat apa-apa, kecuali hanya lelah bukan Lillah, tak berbekas akhirnya jenuh dan kemudian teduh, berhenti, stop it dari amal shalih tadi. Astagfirullah! Semoga Allah mengampuni jenis orang semacam ini.
Aku kabarkan dari negeri ini, dari sebuah kota kecil di pedalaman Aceh lon sayang, Gayo lues namanya. Negeri seribu bukit dan Insyallah akan menjadi negeri seribu hafizh. Allahumma amin, jazakumullahu khairan atas do’anya.
Nampak sudah gegara Covid aturan pemerintah harus dibedah, banyak tokoh jadi berbenah, sekian keluarga makin sakinah, Alhamdulillah. Di sebalik itu, ada pula yang harus dikasihani, di momen Fitri tak mau bersilaturahmi, katanya takut Covid dan kemudian mati, padahal perkara maut adalah rahasia Ilahi, tak akan Innalillahi bila Allah tidak mengizini, nah ini harus diyakini.
Waspada boleh, takut jangan. Tengoklah! Ada yang wafat sebab terjebur ke sungai, terpelanting di tangga, kesengat listrik bahkan ada pula yang tengah bersemarak ria menggemakan takbiran kesempret motor eh meninggal-lah ia. Bila memang bukan nama kita yang tertulis di punggung Corona itu, meskipun daerah kita telah menjadi zona merah, keluarga dan tetangga telah dikarantina, tentu Covid tak akan mengenai sebab bukan nama kita yang tertulis di sana. Waspada boleh takut jangan, setuju ya?
Nampaknya silaturahmi yang telah membudaya kala lebaran datang, telah terkena bias Covid juga. Lihatlah! Ada saja rumah terpalang rantai dan yang lain lagi pakai tulisan “Maaf, tidak menerima tamu.” Allahu!
Kisah lain yang tak kalah nyentrik, silaturahmi memilih lewat chatingan dan zoom meeting bila rindu. Memang tak salah, hanya kurang barokah. Memang tak apa, hanya kurang nikmat. Nabi memotivasi:
“Dengan silaturahmi, memperpanjang umur dan memperbanyak rezeki.”
Nah, inilah arti petualangan kami tahun ini. Para single-lillah mensilaturahimi seluruh kediaman ammah-ammah Salimah di Gayo Lues.
Di usia menjelang enam tahunnya Salimah, dan rupanya perlu dua hari untuk menapaki satu demi satu rumah ammah kami. Melelahkan? Ah tidak juga, sebab cinta menguatkan jiwa, menancapkan asa, love is powerfull, smile beatiful, happy ending full barokah, insyallah. Demikian kata Ustaz Sholikin Abu Izzudin.
Silaturahmi itu menyenangkan, banyak hal yang dapat diambil pelajaran. Bertebaran pemandangan yang menyegarkan. Menambah teman, membanyaki follower dan membangun relasi. Semuanya jadi sesuai niat di hati. Pasti. Niat silaturahmi dapat pahala, icip hidangan istimewa plus dapat THR, wah asyiknya!
Di tengah Covid ada pesan Rabbani bin hikmah. Bawa diri agar lebih berprestasi, proaktif setiap pesan langit, produktif dari rumah, bisa! Lejitkan semangat Dhuha, bukankah shalat dhuha merupakan shalatnya rizki? Betulkan kualitas shalat wajib kita, tidakkah Allah telah berseru shalat pencegah perbuatan keji dan mungkar? Mantapkan interaksi kita bersama Alquran, biar keren dan jernih pribadi kita. Dengan iman yang kokoh di hati, maka barisan ini akan tegap nan solid menjajaki aral terjal perjuangan. Akan mengena bila berkata, berkesan bila memberi nasihat dan bersahaja bila bercerita. Hati hanya dapat dipanggil dengan hati, dan hati akan mencocokkan irama imannya dengan mereka yang punya nada dan ritme yang sama. Berbisik ke bumi terdengar di langit, ajib!
Covid moment mensolidkan barisan, menyelaraskan hati dan pikiran, menjujurkan iman, mengencangkan ikat pinggang. Mari berprestasi di tengah wabah ini. Lewati batasan diri. Ada fasilitas, ada prestasi itu biasa. Tidak punya fasilitas, tapi bertebaran prestasi itu baru luar biasa. Sudah cukup rebahannya, ayo bangun! Mari kita bersilaturahmi. Perdalam ilmu, perbanyak relasi. Raih prestasimu, gapai suksesmu!
Salam Salimah. [ind]