DIKISAHKAN Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir jalanan naik dan bertasbih saat jalanan menurun.
Bumi ini tidak diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan halus dan rata laksana hamparan permadani di aula istana raja.
Akan tetapi, Dia menciptakan bumi dengan segala penghuninya yang beraneka ragam. Ada makhluk hidup dan makhluk mati di dalamnya.
Selain jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, Dia juga menciptakan gunung, bukit, padang pasir, jurang, laut, dan makhluk-makhluk mati yang lain.
Dan, di antara seluruh penduduk bumi, Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paling indah dalam bentuknya dan paling sempurna dengan akalnya.
Itulah makanya, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Bahkan, Allah mengaruniakan bumi dengan segala isinya ini untuk manusia.
Baca juga: Haji Wada, Tanda Perpisahan Rasulullah dengan Umatnya
Rasulullah Bertakbir Saat Jalanan Naik dan Bertasbih Saat Jalanan Menurun
Adalah sunnatullah, jika bumi dengan berbagai macam isinya ini membuat bentuknya tidak rata dan banyak kerutan serta kelokan di sana-sini.
Ada jalanan yang menanjak dan ada pula jalanan yang menurun. Ada jalanan berbukit dan berkelok-kelok, dan ada juga jalanan yang lurus lempeng tanpa hambatan.
Jalan seperti ini ada di mana-mana, dari sejak zaman dulu hingga masa sekarang. Meski tentu saja, jalanan di era modern ini relatif jauh lebih baik disbanding jalanan di masa lalu, apalagi di zaman pra sejarah.
Dan kondisi jalanan di jazirah Arabia pada masa Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam, kurang lebih juga demikian. Ada yang menanjak naik dan ada pula yang terjal menurun.
Tentu, melewati jalanan seperti ini resikonya lebih besar daripada melalui jalanan yang lurus lempeng. Dan mungkin dikarenakan hal ini, Nabi biasa membaca dzikir ketika melalui jalan menanjak, dan saat melewati jalanan yang menurun. Lalu apa yang biasa dilakukan Nabi jika melewati jalan yang naik turun demikian?
Ibnu Umar Radhiyalllahu Anhuma berkata,
“Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan pasukannya, apabila naik ke tempat yang tinggi, mereka bertakbir. Dan jika turun, mereka bertasbih.” (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits ini disebutkan Nabi dan pasukannya, karena memang sebagaimana yang telah kami paparkan pada pembahasan yang lalu, bahwa beliau jarang sekali pergi sendirian jika mengadakan perjalanan jauh.
Apalagi jika itu adalah perjalanan dalam rangka untuk berperang, tentu beliau bersama para sahabat Radhiyallahu Anhum.
Dan, jika melewati jalan yang naik atau jalanan yang menanjak, beliau bersama para sahabatnya membaca takbir. Kemudian jika melalui jalanan yang menurun, membaca tasbih (subhanallah).
Bacaan takbir dan tasbih ini, tidak disebutkan jumlahnya berapa kali. Artinya, selama jalanan itu naik, beliau selalu bertakbir.
Dan selama jalanan itu turun, beliau bertasbih. DR. Musthafa Said berkata, “Disukai membaca takbir dan ketika naik ke jalanan yang lebih tinggi untuk menampakkan ketinggian yang sesungguhnya pada Zat Mahatinggi yang lebih tinggi daripada ketinggian semua yang dapat dirasakan.
Dan sukai membaca tasbih pada saat turun ke jalan yang lebih rendah untuk mensucikan Allah Ta’ala dari segala kekurangan dan sifat-sifat yang rendah.
Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu disebutkan,
“Apabila kami melalui jalan naik, kami bertakbir. Dan jika turun, kami bertasbih.” (HR. Al-Bukahri)
Demikianlah kebiasaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam perjalanan. Alangkah baiknya jika meniru apa yang beliau lakukan. Apabila kita sedang dalam perjalanan dan kebetulan jalannya naik, maka bertakbir.
Dan sekiranya kit melalui jalanan yang menurun, kita bertasbih. Adapun jika naik pesawat terbang, bertakbirnya adalah ketika take off (naik). Dan bertasbihnya adalah pada saat landing (mendarat). [MRR]
Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar