ChanelMuslim.com- Kalau masih ada keyakinan bahwa ada teman sejati di dunia politik, boleh jadi, hal itu hanya ilusi. Setidaknya, apa yang kini dialami PKS di hiruk pikuk pengangkatan wakil gubernur DKI baru menjadi bukti. Alih-alih mendapat dukungan penuh partai “seperjuangan”nya, PKS justru seperti masuk perangkap Gerindra.
Satu tahun lebih posisi wakil gubernur DKI Jakarta kosong. Setelah Sandiaga Shalahudin Uno tidak lagi kembali di posisi lamanya, posisi wakil gubernur kini menjadi sorotan. Siapa yang akan menggantikan posisi Sandi?
Beredar luas di kalangan media bahwa posisi itu sebenarnya jatah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jatah itu sebagai semacam barter setelah posisi calon wakil presiden di Pilpres lalu diambil oleh Gerindra. Bukan PKS, yang sejak awal menjadi partai paling setia bagi Gerindra di pertarungan politik itu.
Barteran itu seperti menjadi jawaban kenapa PKS tetap setia untuk mengusung Prabowo Sandi di Pilpres lalu. Secara hitung-hitungan politik, sejatinya Pilpres di kubu ini merupakan representasi dari dua kekuatan besar: PKS dan Gerindra. Tapi kenyataannya tidak. Capresnya dari Gerindra, dan begitu pun wakilnya.
Lalu PKS dapat apa? Jawaban itulah yang dipegang PKS untuk mencalonkan dua kader terbaiknya untuk menggantikan posisi Sandi beberapa waktu lalu. Keduanya adalah Agung Yulianto dan Ahmad Syaikhu.
Namun, walau waktu terus bergulir lama, tak satu pun dari keduanya yang bisa secara mudah menduduki posisi wagub. PKS merasakan seperti ada intrik-intrik dari sohibnya sendiri, Gerindra, sehingga kedua kader PKS itu tak kunjung lolos masuk Kebon Sirih.
Dari kenyataan ini, PKS mulai mengendus semacam ketidaksetiaan Gerindra atas janjinya di kompensasi Pilpres lalu. Bergulirnya proses penggantian wagub pun akhirnya terhenti dengan alasan yang tidak jelas.
Hingga, pada Senin lalu publik dikejutkan dengan konpres Partai Gerindra DKI Jakarta yang mengumumkan dua calon wakil gubernur DKI. Keduanya adalah Riza Patria dari Gerindra, dan Nurmansyah Lubis dari PKS. Dan konpres itu tanpa dihadiri wakil dari PKS.
Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI, Ahmad Yani, mengungkapkan kepada CNN tentang seluk beluk ketidakhadiran partainya. Menurutnya, pengumuman ke publik itu dirasakan begitu mendadak.
“Kami dikabarkan pada jam 21 lewat 21, pada malam sebelum konpres itu,” ujar Yani. Jawaban kenapa mendadak itu pun tidak didapatkan Yani walaupun sudah mengontak pihak pimpinan Partai Gerindra DKI.
Namun, Ahmad Yani pun menjelaskan bahwa demi untuk kemaslahatan warga Jakarta yang menginginkan adanya wakil gubernur, pengajuan dua calon ke publik itu pun diterima.
Walaupun, Yani menjelaskan bahwa Fraksinya masih keberatan dengan cara pengajuan itu yang dianggap mendadak dan tidak dilakukan secara etis dengan duduk bersama.
Riza Patria dan Nurmansyah Lubis
Secara sederhana, kalkulasi politik di pemilihan dua calon itu di panggung DPRD DKI terasa gampang ditebak. Riza Patria tampaknya melampaui calon dari PKS, Nurmansyah Lubis. Riza dikenal sebagai politisi senior dan sudah tidak asing lagi di jajaran partai yang ada di DPRD DKI, baik partai “kawan” maupun “lawan”.
Sementara itu, Nurmansyah Lubis belum dikenal luas oleh publik. Mantan pegawai BPKP ini memang pernah dua kali menjadi anggota DPRD DKI, tapi komposisi anggota DPRD saat ini kebanyakan diisi oleh orang baru. Tampaknya, Nurmansyah agak kesulitan untuk melakukan lobi ke semua fraksi yang ada.
Dengan kata lain, pentas pemilihan calon orang nomor dua di DKI ini nyaris sudah bisa ditebak siapa pemenangnya. Kecuali, ada itikad baik dari Gerindra untuk memang secara tulus menepati janji persaudaraannya dengan PKS di Pilpres lalu. Yaitu, secara bersama-sama memenangkan calon dari PKS.
Namun, hal luar biasa itu sepertinya sangat sulit diharapkan. Janji tinggallah janji. Soal yang terpilih nanti, lihat saja nanti.
Politik memang sudah diyakini banyak kalangan bahwa di dalamnya tidak ada teman abadi, tidak ada musuh abadi. Dan sepertinya yang ada hanya nafsu berkuasa abadi. (Mh)