ChanelMuslim.com – Menyebut nama Belitung, setidaknya ada dua sosok yang mungkin terlintas di pikiran Anda. Pertama, novelis Andrea Hirata, penulis buku tetralogi best seller Laskar Pelangi yang membuat Belitung menjadi populer sebagai destinasi wisata bagi turis lokal maupun mancanegara. Kedua, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab dipanggil Ahok merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Kedua sosok ini mampu mengangkat Pulau Belitung, khususnya Kabupaten Belitung Timur sebagai objek destinasi wisata peringkat ke-8 terpopuler pada tahun 2016 versi DetikTravel.
Keindahan alam Belitung bukan rahasia lagi. Banyaknya spot wisata air di Belitung membuat para pengunjung tidak akan habis mengeksplorasi kegiatan olahraga air di sini. Namun ternyata, indahnya pantai-pantai di Belitung bukan satu-satunya alasan mengapa para Sobat ChanelMuslim perlu berkunjung ke Belitung. Inilah 5 alasan kenapa harus berkunjung ke Belitung.
Belitung Kaya akan Sejarah
Tahukah Anda? Belitung, atau Belitong (bahasa setempat, diambil dari nama sejenis siput laut), dulunya dikenal sebagai Billiton, yaitu sebuah pulau di lepas pantai timur Sumatra, Indonesia, diapit oleh dua selat, yaitu Selat Gaspar dan Selat Karimata. Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Mulai dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7, kemudian Majapahit, hingga Palembang pada abad ke-15. Memasuki abad ke-17, karena posisinya yang strategis, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan para pedagang Cina dan Arab. Pada masa penjajahan, Belitung beberapa kali dialihtangankan, dari Belanda ke Inggris, lalu ke Jepang, kemudian kembali di bawah pemerintahan Belanda hingga masa kemerdekaan, Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan. Perubahan terjadi pada tanggal 21 November 2000, Pulau Belitung bersama Pulau Bangka membentuk satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Belitung dibagi menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dengan Tanjungpandan sebagai ibukotanya dan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya.
Lalu, di mana tempat Sobat ChanelMuslim untuk dapat melihat keseluruhan Sejarah Belitung? Yup, Museum Tanjungpandan adalah tempat yang tepat. Museum ini dahulu bernama Museum Geologi yang didirikan oleh seorang ahli arkeologi berkebangsaan Austria bernama Rudi Osberger pada 2 Maret 1962. Selain peninggalan sejarah, di dalam museum ini, Sobat ChanelMuslim juga dapat melihat maket peleburan timah dari tambah-tambang yang banyak terdapat di Pulau Belitung. Maket ini menjadi saksi bahwa pulau ini pernah berjaya sebagai penghasil timah terbaik di dunia.
[gambar1]
Belitung Kaya akan Sumber Daya Alam
Belitung terkenal akan timahnya yang diakui sebagai salah satu timah terbaik di dunia, bahkan 10 negara, yaitu Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, Thailand, Jepang, dan Singapura menggantungkan pasokan timah dari Belitung. Namun, pertambangan timah Belitung tak terkendali, sebanyak tigaperempat Kepulauan Bangka Belitung yang seluas 1,6 juta hektar, masuk dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) menyebabkan kerusakan alam baik di darat maupun di laut. Selain timah, Belitung juga kaya akan lada putih yang juga merupakan salah satu komoditas andalan ekspor ke Eropa.
Selain sumber daya alamnya, Belitung juga memiliki potensi alam yang sangat bagus untuk dikembangkan. Meski identik dengan pantai, namun Belitung juga menawarkan tempat wisata alam lainnya yang tak kalah eksotik. Contohnya, Danau Kaolin. Danau ini memiliki warna daratan yang putih bersih dan airnya berwarna biru menyala. Danau ini terbentuk dari bekas penambangan kaolin yang telah ditinggalkan. Kaolin merupakan mineral sebagai bahan dasar industri seperti kosmetik, kertas, makanan, dan pasta gigi. Selain berswafoto, Sobat ChanelMuslim juga dapat berenang di sini karena kandungan mineralnya dapat menyerap minyak berlebih dan membuat kulit menjadi halus.
Selain Danau Kaolin, tempat wisata alam lainnya yang terkenal di Belitung adalah Batu Mentas yang merupakan bagian dari kawasan Hutan Lindung Wisata Alam Gunung Tajam. Di kawasan ini, Sobat ChanelMuslim dapat melihat salah satu hewan endemik Belitung, yaitu Tarsius.
Berkunjung ke Belitung, tentu tak bisa lepas dari buku tetralogi Laskar Pelangi yang terkenal. Pantai Tanjung Tinggi merupakan pantai yang digunakan sebagai lokasi syuting untuk film Laskar Pelangi. Pantainya berpasir putih, airnya jernih, dan bebatuan granitnya super besar, indah sekali. Selain Pantai Tanjung Tinggi, masih banyak pantai di Belitung yang bisa dieksplorasi saat Sobat ChanelMuslim berkunjung ke Belitung.
Belitung, Tempat Wisata Literatur
Menurut Andrea Hirata, Belitung Timur patut menjadi destinasi wisata intelejensia bagi para pengunjung. Salah satu tempat yang patut dikunjungi dalam wisata literatur tersebut adalah Museum Kata Andrea Hirata. Museum ini merupakan museum literatur pertama yang ada di Indonesia. Di dalam museum ini, Sobat ChanelMuslim dapat melihat koleksi film Laskar Pelangi dan berbagai karya Andrea Hirata.
Selain Museum Kata, ada satu tempat lagi yang wajib dikunjungi bagi para penggemar Laskar Pelangi, yakni SD Muhammadiyah Gantong yang kini replika bangunannya didirikan di Belitung Timur, jaraknya hanya 2 jam dari bandara Belitung untuk dapat sampai ke lokasi ini.
Dalam destinasi wisata literatur, mungkin Sobat ChanelMuslim juga berkesempatan mampir di Kampung Ahok yang berada di Belitung Timur. Lokasinya berjarak 1 jam 15 menit dari Tanjung Pandan untuk sampai di Manggar, tempat Kampung Ahok berada, tepatnya di Jalan KA Bujang, Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Di Kampung Ahok, wisatawan dapat masuk ke rumah panggung adat Belitung yang di dalamnya ada banyak karikatur Ahok dan keluarganya. Ada pula berbagai souvenir dan buah tangan khas Belitung yang dapat kamu jumpai, misalnya Batik Simpor yaitu batik khas Belitung. Motif batik ini diambil dari hewan Tarsius, motif kopi Manggar, dan buah krementing.
Belitung Kembangkan Konsep Nomadic Tourism
Nomadic Tourism merupakan sebuah konsep aktivitas atau bisnis yang terkait gaya hidup dan budaya berpindah-pindah seperti menggunakan glam camp, home pod, dan caravan sebagai fasilitas akomodasi. Wacana nomadic tourism ini dilontarkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada tahun 2018 yang mengatakan bahwa dengan karakteristik Belitung yang terdiri dari banyak pulau, konsep nomadic tourism akan menjadi solusi masalah amenitas. (liputan6.com, 30 Okt 2018).
Amenitas adalah berbagai fasilitas di luar akomodasi yang dapat dimanfaatkan wisatawan selama berwisata di suatu destinasi. Amenitas bisa berupa fasilitas pariwisata seperti rumah makan, restoran, toko cenderamata, dan fasilitas umum seperti sarana ibadah, kesehatan, taman, dan lain-lain. Nomadic Tourism menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya merupakan konsep wisata temporer, baik dari segi akses atau amenitas. Konsep ini dirasa mampu menjangkau destinasi-destinasi wisata alam di Indonesia yang beberapa bagian merupakan kepulauan dengan akses yang susah dijangkau.
Salah satu lokasi yang menerapkan konsep nomadic tourism adalah Eco Beach Tent di Pantai Tanjung Kelayang, Belitung. Di tempat ini, para pengunjung dapat menginap di sebuah tenda di kawasan yang sangat alami dengan fasilitas seperti hotel berbintang.
Belitung, Tempat Berkembangnya Islam pada abad ke-9
Salah satu hal yang mungkin tidak banyak diketahui orang adalah mengenai perkembangan Islam di Belitung yang diyakini sudah dikenal sejak abad ke-9 Masehi. Laporan hasil penelitian Kerajaan Balok (1616-1873) Sejarah dari Pulau Belitung yang diterbitkan oleh Kementerian Agama pada 2009 lalu menunjukkan penelitian terakhir dari hasil carbon dating dari metode C14 menunjukkan kapal Belitung Shipwreck di perairan Batu Itam berasal dari tahun 700-900 Masehi. Dengan data tersebut, diasumsikan bahwa masyarakat Bangka Belitung sudah bersentuhan dengan Islam setidak-tidaknya sejak abad ke-9. Meski belum ditemukan bukti arkeologis yang mendukung asumsi tersebut, namun jenis kayu pada Belitung Shipwreck mengarah pada kesimpulan bahwa kapal tersebut berasal dari kawasan Timur Tengah.
Sementara itu, pemerhati etno sains Belitong Marwan Hasan juga sependapat dengan asumsi masuknya Islam di Belitung pada abad ke-9. Ia mencontohkan istilah Haqulala, Haquladam, dan Haqulrasul dalam sistem sosial masyarakat di pedesaan Belitung bukanlah berasal dari bahasa-bahasa Nusantara, melainkan serapan dari bahasa Arab.
Selain itu, dari segi bahasa, terdapat satu kosakata dari bahasa Belitung kuno yang hampir tidak dikenali sama sekali. Kosakata itu muncul dalam buku berjudul Tijdschrif voor indische Taal-, Land-En Volkenkunde jilid 34 terbitan tahun 1891. Kosakata itu ditulis ‘rilallah’. Padanan kosakata tersebut dalam bahasa Melayu Riau ditulis radlija (baca: radliya).
Masih dalam buku yang sama, diceritakan ada 7 penyebar agama Islam yang disebut oleh masyarakat Belitong dengan nama Datuk Keramat. Selain Datuk Keramat Gunong Tajam, disebutkan pula nama Datuk Keramat Simpang Cengal Ngabehi Sijuk. Menurut cerita dalam jurnal tersebut, ketujuh datuk keramat tersebut berasal dari Negeri Pasai (Aceh). Ketujuh Datuk Keramat ini bersaudara dan dikenal sebagai orang yang taat beragama dan menjalankan hukum-hukum agama Nabi Muhammad saw. Mereka pula yang disebut mengajarkan rukun Islam kepada orang-orang di Belitong. Salah satu warga desa Sijuk mengatakan, ada sebuah makam tua di perbatasan wilayah Desa Air Selumar dan Desa Sijuk. Dari belasan makan yang berada di kawasan tersebut, hanya ada satu makam berbatu granit yang dikenal sebagai nama kubor keramat Cengal. Disebut Keramat Cengal karena makam tersebut berada di sekitar Sungai Cengal. Kata cengal disebut memiliki arti dangkal sehingga secara harfiah Sungai Cengal adalah sungai yang dangkal.
Nah, itulah sekilas kekayaan Belitung yang tidak banyak diketahui orang namun menjadi daya tarik tersendiri kenapa Belitung wajib dikunjungi. Bagaimana, sudah siap ke Belitung? [ind]
Sumber:
https://www.voaindonesia.com/a/timah-memakmurkan-dan-menghancurkan-bangka-belitung/4073635.html
https://belitung.tribunnews.com/amp/2018/11/03/menelisik-jejak-masuknya-islam-di-belitung-dari-bangkai-kapal-sampai-bahasa-kuno?page=3
https://bangka.tribunnews.com/2015/04/16/ini-kisah-tujuh-datuk-penyebar-islam-di-belitung
https://belitung.tribunnews.com/amp/2018/11/03/menelisik-jejak-masuknya-islam-di-belitung-dari-bangkai-kapal-sampai-bahasa-kuno?page=3
Menpar: Nomadic Tourism Cocok Diterapkan di Belitung – Kompas.com – https://travel.kompas.com/read/2018/11/04/130800427/menpar–nomadic-tourism-cocok-diterapkan-di-belitung
https://travel.detik.com/traveladdict/40destinasiterbaikdiindonesia/8747/belitung
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Belitung
https://m.liputan6.com/regional/read/3679881/ini-alasan-mengapa-wisata-belitung-perlu-berkonsep-nomadic-tourism
https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3915726/7-tempat-wisata-di-belitung-ini-wajib-kamu-kunjungi-tak-melulu-pantai
https://www.sunburstadventure.com/kampung-ahok-belitung.html