RASULULLAH menyempatkan tidur dalam perjalanan di malam hari. Tentunya, hal ini bisa menjadi teladan untuk kita apabila melakukan perjalan pada waktu malam.
”Dari Abu Qatadh Radhiyallahu Anhu, ia Berkata, “Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam perjalanannya melewati waktu malam, beliau menyempatkan diri tidur dengan menghadap ke kanan.
Dan apabila beliau hendak tidur sebelum subuh, beliau menegakkan lengannya dan meletakkan kepalanya di atas telapak tangannya’.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Rasulullah Melakukan Shalat Sunnah di Atas Kendaraan
Rasulullah Menyempatkan Tidur dalam Perjalanan di Malam Hari
“Menegakkan lengannya dan meletakkan kepalanya di atas telapak tangannya,” maksudnya ialah tidur dengan bertopang dagu atau menyangga kepalanya dengan tangan.
Beliau melakukan hal ini, karena khawatir jika beliau dikalahkan oleh kantuk dan tertidur lelap sehingga waktu shalat subuh terlewatkan. Karena biasanya, orang yang tidur terlelap dan mudah terjaga.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa berangkat pada pagi hari jika bepergian. Kemudian setelah seharian dalam perjalanan, tentu beliau lelah dan perlu istirahat.
Pada saat malam tiba, beliau pun menyempatkan diri untuk tidur agar esok hari bangun dalam kondosi bugar dan pulih kembali kekuatannya.
Karena bagaimanapun juga, badan dan mata ini mempunyai hak untuk diistirahatkan. Badan dan mata memiliki hak atas diri kita. Sebagaimana sabda beliau kepada Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu Anhu,
“Sesungguhnya badanmu mempunyai hak katas dirimu dan matamu juga mempunyai hak atas dirimu.” (Muttafaq Alaih)
Imam bin Hushain Radhiyallahu Anhu menceritakan, bahwa dia pernah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat dalam suatu perjalanan. Ketika malam tiba, mereka berhenti dan membuat kemah untuk beristirahat.
Dikarenakan badan yang sangat letih, mereka semua tidur nyenyak sekali hingga matahari telah meninggi. Saat itu, yang pertama kali bangun adalah Abu Bakar.
Kemudian Umar juga bangun. Adapun Nabi, beliau masih tidur. Dan biasanya, beliau memang tidak dibangunkan hingga bangun dengan sendirinya. Lalu Abu Bakar duduk di dekat kepala beliau dan bertakbir dengan suara yang cukup keras, sehingga Nabi pun terbangun.
Kemudian beliau turun dan segera mengambil air wudhu, lalu shalat subuh bersama para sahabat saat sinar mentari telah menyapu bumi.
Demikianlah Rasulullah Shallalllahu Aliahi wa Sallam, beliau sesalu menyempatkan diri tidur jika tiba waktu malam di perjalanan. Dan sebaiknya jika kita sedang berpergian, kemudian melewati waktu malam, hendaknya kita juga tidur, mengikuti apa yang biasa dilakukan Nabi.
Lagi pula, tidur adalah manusiawi dan merupakan kebutuhan primer manusia. Selain itu, mata dan badan juga mempunyai hak atas kita untuk diistirahatkan.
Adapun teknis tidur di malam hari ketika sedang berada dalam perjalanan, tentu saja tidak harus sama dengan apa yang dilakukan Nabi. Sebab beliau tidur dalam keadaan berhenti, di tempat yang memungkinkan untuk tidur (kemah, misalnya) dan tidak tidur di atas kendaraan.
Hal ini dapat dimaklumi, karena kendaraan pada waktu itu adalah binatang tunggangan. Sedangkan pada masa sekarang, cukup sulit rasanya jika harus turun dari kendaraan yang melaju untuk sekadar tidur malam.
Jadi, insya Allah sudah memenuhi sunnah Nabi dalam hal ini, jika tidur di atas kursi kendaraan yang kita tumpangi tanpa harus turun dari kendaraan. Meskipun hal ini juga bisa dilakukan. [Cms]
(Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)