HUSNUL khatimah atau akhir hidup yang baik merupakan anugerah Allah yang tak ternilai. Begini ikhtiar kita mendapatkannya.
Seorang pedagang selalu sukses tanpa rugi. Ia ingin menularkan kesuksesannya itu pada anaknya.
Anaknya tertarik ingin seperti ayahnya. Karena itulah, ia begitu antusias dengan ajakan ‘magang’ dari ayahnya. Tanpa teori jelimet, langsung aplikasi di lapangan.
Sejak pagi ia sudah ada di toko bersama ayahnya. Ia perhatikan bagaimana ayahnya begitu repot melayani pembeli, menerima pembayaran dan kembalian, memeriksa kualitas barang, dan memperhatikan suplai barang dari agen.
Begitu rutinitasnya. Dari pagi sampai sore hari. Hanya di waktu tertentu saja untuk istirahat dan shalat.
Sang anak memperhatikan semua kesibukan ayahnya. Ia juga berlatih melayani pembeli dan memeriksa stok barang.
Satu hal yang menjadi tanda tanya si anak: bagaimana ayahnya bisa tahu kalau ia sedang untung atau rugi? Padahal, semua kegiatan di toko begitu cepat dan nyaris tak tercatat.
“Gimana ayah bisa tahu kalau sedang untung atau rugi?” tanya sang anak saat keduanya sudah berada di rumah.
“Sederhana, anakku,” ucap sang ayah. Ia menjelaskan kalau setiap malam, ia meluangkan waktu sekitar satu atau dua jam untuk menghitung-hitung pemasukan dan pengeluaran pada hari itu.
“Tanpa satu atau dua jam itu, ayah sudah bangkrut sejak lama,” pungkas ayahnya.
**
Begitu pun dengan rahasia bisnis kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, kesibukan dunia tak akan ada habisnya.
Luangkan waktu satu atau dua jam untuk bermuhasabah pada Allah subhanahu wata’ala. Waktunya di saat menjelang sahur atau sepertiga malam terakhir.
Saat kita hanya bersama Allah, di situlah kita bisa beristigfar, bermunajat, berdoa, berzikir melalui ritme ibadah shalat malam kita. Getarkan kata ‘Allah’ dalam hati kita yang paling dalam.
Saat itulah kita bisa mengukur apakah hari yang kita lalui dalam keadaan untung atau rugi. Tentu untung rugi dalam keridhaan Allah subhanahu wata’ala. [Mh]