DALAM komunikasi, dibutuhkan yang namanya kemampuan untuk membaca bahasa tubuh. Hal tersebut disampaikan Rahmi Dahnan, Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati pada tahun 2019 lalu saat mengisi materi kajian yang di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq, Cawang, Jakarta Timur.
Baca Juga: Manfaat Bermain Pasir untuk Tumbuh Kembang dan Kekebalan Tubuh Anak
Membaca Bahasa Tubuh Membantu agar Komunikasi Lebih Baik dengan Pasangan
“Dengan menggunakan bahasa tubuh pasangan atau anggota keluarga akan menerka atau mencari satu kata terkait dengan bahasa emosi. Jadi, dia memberi nama pada emosi atau bahasa tubuh yang dirasakan oleh pasangan atau anggota keluarga, misalkan sedih ya, marah ya, atau kesel ya,” katanya menjelaskan.
Dengan demikian, lanjut dia, ketika seseorang merasa diterima perasaannya dia merasa diterima seluruh tubuhnya jadi merasa lebih nyaman.
Pesan Bunda Rahmi, demikian sapaan akrabnya, selain menggunakan bahasa tubuh, menyatakan perasaan pada tingkah laku yang tidak disukai juga merupakan bagian dari tips komunikasi yang hangat.
“Selain itu, pesan saya adalah menyatakan perasaan kita pada tingkah laku yang tidak kita inginkan, misalkan Bunda sedih kalau ayah bicaranya keras keras karena bunda suka kaget.
Kalau pada anak, bunda sedih kalau anak sudah 3 kali dikasih tahu jangan main-main saat belajar tapi sang anak masih main-main juga,” jelas Rahmi.
Jadi sebutkan perasaan kita apa, kemudian apa tingkah laku yang tidak menyenangkan, kemudian apa konsekuensinya buat kita. Demikian tips yang diberikan Bunda Rahmi kepada para peserta.
Lebih lanjut, Rahmi mengatakan bahwa komponen yang paling penting dalam menghangatkan komunikasi adalah bahasa tubuh.
“Kan 55 persen bahasa tubuh, 7 persen itu kata-kata baru yang 38 persennya adalah nada. Jadi makanya kita perlu memahami bahasa tubuh pada pasangan kita.
Kalau kadang-kadang ada pasangan yang lagi enggak mood sukanya diam, enggak ngomong, itu dia sebetulnya memberikan isyarat bahwa dia ingin diberikan waktu untuk sendiri. Maka sikap kita juga harus memahami sampai nanti mood-nya kembali dan mau bercerita,” jelasnya.
Konselor keluarga sekaligus pemerhati anak ini juga mengatakan bahwa selain untuk yang sudah berpasangan ataupun berkeluarga, tips komunikasi tersebut juga perlu diketahui oleh kalangan yang belum menikah.
“Intinya, komunikasi itu terkait dengan adab-adab, misalnya kepada calon mertua senantiasa harus menghormati, kemudian berbicara menggunakan kalimat-kalimat yang baik, dan menggunakan diksi pilihan kata yang baik.
Kemudian tidak menunjukkan merasa lebih tinggi atau sombong dan sebagainya, sehingga calon mertua atau calon pasangan melihat kalau kita orang yang baik dan tidak ada bahasa tubuh yang perlu dikhawatirkan,” ungkap Rahmi.
Di akhir pembicaraan, Rahmi memberikan quotes yang menguatkan tips-nya tersebut “The action is louder than words” Tindakan itu nyaring bunyinya ketimbang kata-kata.
“Seseorang bisa menilai orang lain dari bahasa tubuhnya. Karena itu, kita sebagai seorang perempuan atau siapapun harus berusaha untuk membahagiakan diri sendiri supaya nanti ekspresi dan tindakannya juga lebih baik,” pesan Rahmi kepada para peserta kajian.[ind/Syifa/Cms]