USTAZ, saya mau bertanya, tentang bagaimana cara menghitung masa iddah bagi seorang wanita yang bercerai dari suaminya. Bagaimana menghitung masa Iddah jika siklus haid si wanita tidak teratur?
Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S., M.Ikom. menjelaskan, masalah seperti ini terkait bagaimana mengetahui akhir haid dulu.
Ada beberapa cara pendekatan sederhana untuk mengetahuinya sesuai keadaan masing-masing haid wanita sehingga masalah ini tidak bisa dipukul rata.
Baca Juga: Macam-macam Masa Iddah Muslimah
Menghitung Masa Iddah Jika Haid Tidak Teratur
1. Bagi wanita yang haidnya lancar, maka yang menjadi batasan adalah kebiasaan durasi haidnya.
Sesuai kaidah: Al ‘Aadah Muhakkamah: adat/kebiasaan itu bisa menjadi standar hukum.
Jadi, jika kebiasaan seorang wanita haidnya 7 hari, maka itu menjadi standarnya. Jika dia sudah berhenti darahnya sebelum hari 7, maka jangan terburu-buru merasa sudah suci.
Dia masih berlaku hukum-hukum haid, di antaranya larangan shalat, shaum, dan jimak sehingga kalau dia tidak shalat di hari 6, maka tidak ada qadha.
Jika baru berhentinya setelah hari 7, maka darah yang keluar selebihnya adalah darah istihadhah, bukan haid.
Dia sudah suci dan tidak lagi berlaku lagi hukum-hukum haid. Maka, sudah wajib lagi shalat, boleh shaum, dll. Ini relatif mudah.
2. Bagi wanita yang haidnya error. Kadang 4 hari, kadang 6 hari, pernah 10 hari .., dsb, dan error ini memang menjadi kebiasaannya, maka caranya dengan memperhatikan warna darahnya.
Sebab darah haid itu sudah dikenal. Ada pun maksimal menurut jumhur ulama adalah 15 hari, selebih itu adalah istihadhah atau penyakit.
Hal ini sesuai hadis:
فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنْ الصَّلَاةِ فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي
“Apabila darah haid maka darah itu berwarna hitam dan dikenal, apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkanlah shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhulah dan shalatlah”.
(HR. Abu Daud No. 261, hasan)
Dengan demikian, pada masa-masa tidak keluar darah, maka dia dihukumi suci, ia boleh melakukan shalat, shaum, dll.
Sebaliknya, pada masa keluar darah, dia dihukumi haid, dengan syarat, sifat darahnya memang dikenal sebagai darah haid. Ini memang agak ribet apalagi terjadi sepanjang tahun.
3. Bagi wanita yang tadinya teratur lalu berubah menjadi error haidnya gara-gara obat, KB, dll.
Maka, pendekatan pertamanya adalah dengan mengikuti kebiasaannya dulu, sebab pada awalnya memang teratur. Ini sebagai antisipasi bahwa haidnya masih teratur.
Akan tetapi, jika akhirnya error, maka barulah dengan cara mengenali sifat darahnya, sebagaimana hadis Abu Daud di atas. Lalu berobatlah atau konsultasi dengan dokter agar kembali normal. Wallahu a’lam.[ind]