ChanelMuslim.com–Ramadan tinggal menghitung hari. Apa yang sudah disiapkan untuk menyambutnya nanti? Apakah hidangan istimewa atau makanan pembuka yang menggugah selera?
Setiap Ramadan mestinya kita mempersiapkan target yang ingin dicapai untuk meraih tiga tujuan Ramadan.
Ketiga tujuan ini tertuang dalam QS. Al-Baqarah: 183-186.
Pertama, Ramadan menjadikan kita pribadi yang taqwa (QS. Al-Baqarah: 183).
Pada awal ayat, Allah memanggil kita dengan kalimat "Hai orang-orang yang beriman". Sebuah panggilan yang baik dan indah dari Allah. Karena Allah tahu fitrah manusia akan merasa senang jika dipanggil dengan yang baik-baik.
Harusnya hati kita berbunga-bunga, mestinya kita bahagia dengan panggilan tersebut. Padahal bisa saja Allah memanggil kita dengan sapaan yang buruk. Seperti, "Hai orang-orang yang melakukan maksiat".
Kemudian Allah memerintahkan kita untuk berpuasa seperti yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelumnya. Puasa orang-orang terdahulu tentu tidak sama dengan yang telah disyariatkan kepada kita. Di antaranya adalah jumlah hari yang berbeda atau caranya yang berbeda. Seperti puasanya Maryam ibunda Nabi Isa, ia menahan untuk tidak berbicara dengan siapapun.
إِنِّی نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَـٰنِ صَوۡمࣰا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡیَوۡمَ إِنسِیࣰّا
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” QS. Maryam: 26
Puasa itu menahan makan, minum dan hawa nafsu. Kita berusaha untuk melakukan puasa yang bermakna agar menjadi pribadi yang taqwa.
Berkenaan dengan hawa nafsu, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan malaikat yang dibekali akal tanpa nafsu, binatang diberi nafsu tanpa akal, sedangkan manusia diberi akal juga nafsu.
Nafsu dan hati memiliki keterikatan dalam diri manusia.
Hati digolongkan menjadi 3 bagian:
1. Qolbun mayyit (Hati yang mati)
Pada posisi ini nafsu yang berkuasa (Ammarah bissu), nafsu yang memerintahkan pada keburukan dan kemaksiatan.
وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤۚ إِنَّ رَبِّی غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." QS. Yusuf: 53
Dalam keadaan seperti ini, manusia tidak perlu lagi dibisiki oleh syetan. Karena dengan nafsunya sendiri, ia mudah melakukan pelanggaran-pelanggaran.
Begitu datang bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka dan syetan dibelenggu. Secara logika kalau syetan dibelenggu, tidak banyak yang melakukan maksiat. Tapi nyatanya karena hati telah mati, Ramadan tidak dijadikannya perisai agar tidak berbuat dosa.
2. Qolbun maridh (hati yang sakit)
Tanda dari hati yang sakit ini adalah dalam hidupnya terkadang ia taat pada perintah Allah, terkadang juga melakukan banyak maksiat.
فِی قُلُوبِهِم مَّرَضࣱ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضࣰاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمُۢ بِمَا كَانُوا۟ یَكۡذِبُونَ
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta." QS. Al-Baqarah: 10
3. Qolbun salim (Hati yang sehat)
Hati yang sehat ini mampu meredam gejolak nafsu sehingga hatinya tenang.
یَوۡمَ لَا یَنفَعُ مَالࣱ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبࣲ سَلِیمࣲ
"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" QS.Asy-Syu'ara: 88 – 89
یَـٰۤأَیَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَىِٕنَّةُ ٱرۡجِعِیۤ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِیَةࣰ مَّرۡضِیَّةࣰ فَٱدۡخُلِی فِی عِبَـٰدِی وَٱدۡخُلِی جَنَّتِی
"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." QS. Al-Fajr: 27-30.
Banyak orang yang cenderung mengikuti keinginan nafsu dari pada hati. Sebagai bukti, ketika malam hari terjaga, kita lebih tertarik untuk membuka handphone dibanding segera melakukan sholat tahajud. Saat malam terbangun karena perut lapar, kita akan cepat mencari makanan dibandingkan qiyamullail.
Selama bulan Ramadan kita berlatih untuk menuruti kata hati. Memperbanyak amal dan memperbaiki diri.
Akan sangat sia-sia, jika dari Shubuh sampai Maghrib hanya menahan lapar dan dahaga saja tanpa amal berharga. Kita diperbudak dan dikalahkan nafsu. Puasa seperti ini tidak akan mengantarkan kita pada derajat taqwa.
Begitupun saat berbuka, cukup minum air, kurma atau makanan ringan saja, jangan berlebihan. Allah ingin kita diatur oleh hati bukan nafsu. Karena hati yang sehat yang mempunyai kekuatan untuk meredam nafsu ini akan mengantarkan kita pada ketaqwaan.
Kedua, Ramadan menjadikan kita sebagai pribadi yang pandai bersyukur (QS. Al-Baqarah: 185).
Biasanya saat kita diberi hal yang remeh atau sepele, kita sangat berterima kasih. Tapi ketika Allah berikan karunia yang besar, kita menyia-nyiakannya. Dalam hal ini, karunia yang terbesar adalah diturunkannya Alquran.
Banyak di antara kita yang membiarkan Alquran berdebu, masih utuh karena jarang dibaca dan disentuh. Alasannya karena kita sibuk dengan urusan dunia, kita lalai karena dunia. Padahal dunia yang kita banggakan ini tidak lebih bernilai dibandingkan sayap nyamuk dan bangkai binatang.
Oleh karena itu, Ramadan saatnya memperbaiki hubungan dengan Alquran. Jika diantara kita ada yang belum pernah mengkhatamkan Alquran maka khatamkanlah. Yang belum baik bacaannya, maka perbaikilah bacaannya.
Yang belum memahami artinya, maka mulai untuk mendalami maknanya.
Betapa ruginya jika kita tidak bersyukur dengan karunia Alquran ini.
Ketiga, Ramadan menjadikan kita pribadi yang Rosyid (QS.Al-Baqarah: 186). Artinya hidup yang lurus, yang senantiasa mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari Allah. Cara untuk mencapai derajat ini adalah dengan selalu berdoa. Rosulullah menjadi teladan kita. Dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali senantiasa mengiringinya dengan doa.
Memohon segala harapan pada bulan Ramadan adalah waktu yang tepat, karena bulan ini waktu yang mustajab. Doa apa saja yang kita inginkan, termasuk doa minta ampunan. Pada malam Lailatul Qadar kita dianjurkan untuk memperbanyak doa ini,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
"Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku"
Kesimpulannya adalah Ramadan merupakan bulan puasa yang mengantarkan hamba-Nya menggapai derajat taqwa.
Ramadan adalah bulan Alquran yang bisa melatih kita agar menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Ramadan adalah bulan doa saat hamba-Nya yang selalu berdoa kepada Allah, Allah akan menjadikannya golongan Rosyid, yang hidupnya selalu mendapat petunjuk dan bimbingan-Nya.
Semoga Ramadan tahun ini, kita diberikan kekuatan untuk melakukan amalan-amalan yang mengantarkan kita pada tiga tujuan utama Ramadan.
Rangkuman Tarhib Ramadan Ustaz Heru Supardi, S.Sos.I di Ma'had Khairul Bariyyah Cimuning Mustikajaya Kota Bekasi, 24 April 2019.