ChanelMuslim.com – Abdullah bin Mas’ud dan cita-cita sederhana. Allah telah menganugerahinya ketakwaan dan sifat bijaksana. Ia mempunyai pandangan yang lebih mendalam, lalu mengungkapkannya secara tepat dan menarik.
Sebagai contoh, marilah kita dengar ucapannya ketika menyimpulkan kehidupan Umar yang penuh kemuliaan. Kata-katanya singkat, padat, dan menakjubkan.
“Masuk Islamnya Umar adalah kemenangan. Hijrahnya Umar ke Madinah adalah pertolongan. Kepempimpinannya adalah rahmat.”
Berbicara tentang apa yang disebut dengan “relativitas masa”, ia mengatakan, “Bagi Tuhan kalian, tiada siang dan tiada malam. Cahaya langit dan bumi bersumber dari cahaya-Nya.”
Ia juga berbicara tentang pentingnya bekerja dan meningkatkan aspek moral pekerja,
“Aku sangat benci melihat seorang laki-laki menganggur, tidak bekerja untuk mencari kepentingan dunia, dan tidak beribadah untuk kepentingan akhiratnya.”
Di antara pesannya yang singkat namun padat adalah,
“Sebaik-baik kekayaan ialah kaya hati, dan sebaik-baik bekal ialah takwa. Seburuk-buruk kebutaan ialah buat hati. Sebesar-besar dosa ialah berdusta. Sejelek-jelek usaha ialah memungut riba.
Seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim. Barangsiapa yang memaafkan orang lain akan dimaafkan oleh Allah; dan barangsiapa yang mengampuni orang lain akan diampuni oleh Allah.”
Inilah Abdullah bin Mas’ud, sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Baca Juga: Mengenal Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud yang Akhlaknya Paling Mirip dengan Rasulullah
Abdulah bin Mas’ud dan Cita-Cita Sederhana
Dan inilah cerita singkat tentang suatu kehidupan penuh kemuliaan dan kepahlawanan. Sebuah kehidupan yang dibaktikan untuk Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya.
Dialah laki-laki yang ukuran tubuhnya sebesar tubuh burung pipit. Tubuhnya kurus dan pendek, hingga tinggi badannya tidak berada dengan orang yang sedang duduk. Kedua betisnya kecil dan tidak berisi.
Suatu hari, ia memanjat pohon arok dan kedua betisnya terlihat oleh para sahabat yang lain. Para sahabat pun menertawakan betis yang kecil itu.
Namun, Rasulullah bersabda, “Kalian menertawakan betis Ibnu Mas’ud. Ketahuilah, di sisi Allah, kedua betis itu lebih berat timbangannya dibandingkan gunung Uhud.”
Memang, laki-laki ini orang miskin, buruh yang diupah, berbadan kurus dan kecil, tetapi keyakinan dan keimanannya telah menjadikannya satu dari jajaran para pelopor kebaikan, petunjuk, dan cahaya.
Ia telah dikaruniai kemudahan dan nikmat dari Allah yang menyebabkannya termasuk “sepuluh orang yang dijamin masuk surga”. Berita ini mereka terima saat mereka masih hidup.
Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan, baik di masa Rasulullah maupun pada masa para Khalifah.
Ia menyaksikan bagaimana dua negara adidaya saat itu, membukakan pintunya untuk dimasuki panji-panji Islam.
Ia mengalami hidup di masa kemudahan, di mana jabatan terbuka luas bagi kaum muslimin, dan harta kekayaan berlimpah.
Akan tetapi, ia sama sekali tidak tertarik dengan itu. Ia lebih memilih membaktikan hidupnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Ia lebih mementingkan beribadah denagn khusyu’.
Cita-citanya hanya satu. Bahkan, ia sering mengutarakan cita-citanya itu dan sangat ingin mencapainya. Berikut ini tutur katanya tentang apa yang ia cita-citakan.
“Aku bangun tengah malam. Saat itu, aku berada di Perang Tabuk. Aku melihat nyala api di pinggir perkemahan. Aku mendekati nyala api itu, ternyata Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Mereka mau memakamkan Abdullah Dzulbijadain Al-Muzanni yang telah syahid.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya.
Rasulullah bersabda, `Ulurkanlah saudara kalian ini lebih dekat kepadaku.’ Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Setelah diletakkan di dasar kubur, beliau berdoa, `Ya Allah, aku telah ridha kepadanya, maka ridhai-lah dia.’ Alangkah indahnya jika yang berada dalam kubur itu adalah aku,” gumam Ibnu Mas’ud.
Itulah cita-cita yang sangat dirindukannya. Cita-cita yang jauh dari pangkat dan jabatan yang biasa diperebutkan oleh banyak orang. Cita-cita orang yang berjiwa besar, berhati mulia, dan memiliki keyakinan kuat.
Dia-lah laki-laki yang dibimbing oleh Allah, dididik oleh Rasulullah, dan diarahkan oleh Al-Qur’an. [dn/ind]
Sumber: 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom