Chanelmuslim.com – Tidak Pernah Mencela Makanan
Makan dan minum adalah kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, tidak bisa tidak. Bahkan seseorang akan berdosa jika secara sengaja meninggalkan makan dan minum tanpa maksud dan alasan yang syar’i. Karena hal ini tentu akan membahayakan keselamatan jiwanya.
Sedangkan memelihara keselamatan jiwa, termasuk hal yang wajib dilakukan seorang muslim. Itulah makanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang umatnya berpuasa wishal, sebab dikhawatirkan akan memberatkan mereka dan membawa mereka ke jurang kebinasaan.
Baca Juga: Makanan-makanan Pencegah Kanker
Tidak Pernah Mencela Makanan
Dan, merupakan nikmat tak terhingga yang dikaruniakan Allah kepada manusia, bahwa mereka bisa merasakan lezat dan manisnya makanan serta pahitnya dan asamnya. Sungguh tak terbayangkan, sekiranya Allah tidak menganugrahkan lidah yang dapat merasakan kepada kita. Pastinya tak akan ada bedanya antara makanan dan minuman enak dengan yang tidak enak. Semuanya sama rasanya.
Namu, meskipun kita dapat merasakan lezat tidaknya makanan (dan minuman), tidak seyogyanya jika kita mencela suatu makanan yang kita rasakan tidak lezat. Karena hal ini merupakan suatu etika yang kurang santun, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi.
Dalam sebuah hadist shahih disebutkan, “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika menyukainya, beliau memakannya. Dan apabila tidak suka, beliau tinggalkan.” (Muttafaq Alaih)
Demikianlah salah satu tanda kemuliaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau tidak mau mencela makanan yang tidak disukainya. Sekiranya beliau suka, akan beliau makan. Namun jika tidak suka, maka beliau pun membiarkannya tanpa harus mengatakan bahwa makanan tersebut tidak enak, atau menyebutkan kekurangannya.
Tidak mencela makanan adalah suatu etika yang baik ketika menghadapi makanan yang tidak enak atau tidak disukai. Karena hal ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang Dia berikan kepada kita, bahwa kita masih bisa merasakan lezatnya makanan, dan dapat membedakan mana yang makanan yang enak dan makanan yang tidak enak. Meskipun kesukaan pada makanan tertentu adalah suatu hal yang relatif bagi masing-masing orang.
Dan dalam hadist di atas juga disebutkan, bahwa jika beliau suka pada makanan yang ada dihadapannya, maka beliau pun makan,. Maksudnya, apabila dihidangkan makanan kepada kita dan kebetulan kita memang suka pada makanan tersebut, sebaiknya kita makan. Karena selain ini adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah, hal ini juga akan membuat orang yang memberikan makanan kepada kita merasa senang. Bahkan tidak mengapa jika kita memuji makanan yang kita sukai tersebut.
Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhuma berkata, “Bahwasanya NabiShallallahu Alaihi wa Sallam menanyakan lauk kepada keluarganya, dan mereka menjawab, ‘Kami tidak punya apa-apa selain cuka’. Lalu beliau meminta cuka dan makan dengan cuka. Kemudian beliau berkata, ‘Lauk paling enak adalah cuka!’” (HR. Muslim)
Yang dimaksud “keluarga” dan “mereka” dalam hadist di atas, adalah istri-istri beliau. Artinya, beliau sering tidak mendapatkan lauk ketika makan dan hanya mempunyai Cuma. Siapa pun tahu, bahwa makan dengan cuka tidak lebih enak dibandingkan dengan lauk yang lain. Bahkan mungkin tidak sedikit orang yang tidak suka cuka, apalagi sampai menjadikannya sebagai lauk ketika makan.
Namun subhanallah, inilah Nabi kita yang agung. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dengan sangat tawadhu beliau makan berlauk cuka. Lebuih dari it, beliau sama sekali tidak mencela, bahkan memuji lauk (baca: makanan) yang mungkin banyak tidak disukai orang, bahwa cuka adalah lauk yang paling enak!
(sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)