ADA tujuh pilar berprofesi bagi muslimah menurut Dr Retno Wulansari. Menurut dosen ini, pilar berprofesi ini perlu dipahami agar bisa bekerja sesuai kodrat syar`i.
Baca Juga: Pentingnya Self Development bagi Muslimah dalam Dunia Kerja
7 Pilar Berprofesi bagi Muslimah
Pilar pertama, menerima fakta keragaman kedudukan maupun derajat kebaikan dalam perspektif gender.
Adanya gender laki-laki dan perempuan telah ditetapkan Allah SWT. Kedua jenis gender ini, memang sudah memiliki fungsi masing-masing yang bisa melengkapi.
Para muslimah tidak boleh iri atas perbedaan nikmat dan kedudukan dengan kaum pria. Kelebihan dan kekurangan sudah ada kadarnya agar terselip hikmah.
Muslimah yang berprofesi dilarang untuk bersifat iri hati terhadap nikmat atau kedudukan orang lain. Iri hati hanya membuat hati lebih kotor dan jiwa akan rusak.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka.
Maka, Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut [29]: 2-3).
Pilar kedua, pertimbangan fitrah dalam distribusi tugas dan tanggung jawab.
Pertimbangan sesuai fitrah laki-laki dan perempuan, ada tugas dan tanggung jawab yang telah ada sejak penciptaannya masing-masing.
Dalam berprofesi, para muslimah harus memperhatikan secara detail terkait ketentuan dari Allah SWT. Muslimah sudah sewajarnya memikirkan fitrah yang sesuai dengan profesi yang dijalankan.
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (Al-Lail [92]: 1-4).
Pilar ketiga, kesadaran akan tugas pokok dan fungsi sesuai amanah.
Sahabat muslimah bisa bekerja di luar rumah, tapi harus paham tugas pokok yang harus didahulukan seperti kewajiban muslimah terhadap suaminya, kewajiban muslimah terhadap anak-anaknya dan kewajiban muslimah terhadap urusan rumah tangganya. Perlu adanya keseimbangan antara fungsi tugas pokok serta tugas profesi.
Pilar keempat, menyusun target profesi sesuai dengan koridor syariat.
Berikan target pada profesi yang dijalankan.
Macam-macam target sesuai prinsipnya berupa bekerja sebagai ibadah, amanah, dengan bersungguh-sungguh, menghargai waktu dan bekerja dengan ilmu pengetahuan yang ada.
Pilar kelima, menjauhi sifat dengki dalam akhlak ketika menempuh karir.
Dari Masruq dia berkata; “Kami pernah menemui Abdullah bin ‘Amru ketika kami tiba di Kufah bersama Mu’awiyah, kemudian dia ingat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; “Beliau tidak pernah berbuat kejelekan dan tidak menyuruh untuk berbuat kejelekan.”
Lalu (Abdullah bin Amru) berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian ialah yang paling bagus akhlaknya.“ [HR. Bukhari No. 6029].
Agama Islam selalu mengajarkan pemeluknya berakhlak baik. Sahabat muslimah terikat dengan iman dan akhlak dalam setiap keadaan.
Pilar keenam, menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong bagi dirinya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah [2]: 186).
Para muslimah wajib bersandar dan meminta tolong hanya pada Allah. Segala sesuatunya telah ditakdirkan oleh Allah, Ia berkuasa atas apapun yang diinginkan. Sudah selayaknya muslimah berusaha, lalu berdoa memohon pada Nya.
Pilar ketujuh, keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
“…boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah [2]: 216).
Muslimah yang bekerja harus ridha atas ketetapanNya. Baik dan buruknya sudah diukur sesuai kapasitas manusia itu sendiri. Apapun hasil dan pemberiannya harus diterima [Firda/Cms]