ANTARA ilmu, iman, dan amal. Ada sebuah dalil tentang kelapangan bermajelis.
“Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu berilah kelapangan di dalam majelis-majelis maka lapangkanlah. Niscaya Allah akaan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah:11).
Baca Juga: Ilmu dan Etika Berjalan Beriringan
Antara Ilmu, Iman, dan Amal
Dalam Islam, ilmu tidak pernah lepas dari iman dan amal seseorang. Ciri-ciri belajar yang benar adalah jika ilmu yang dipelajari mampu meningkatkan keimanan dan membaiknya amal seseorang.
Ilmu pengetahuan yang dipelajari membuat seseorang menjadi pribadi baik. Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At Thalaq:ayat 2 – 3 ).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Ath-Thabrani)
Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi)
“Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (HR. Abu Na’im)
”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” (HR. At Tirmidzi)
”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” (HR. Ibnu Hibban)
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama?” Rasulullah bersabda, “Ilmu Pengetahuan tentang Allah!”
Sahabat itu bertanya lagi, “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?” Nabi menjawab, ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala! ”
Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu!”
Nabi menjawab, “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah.” (HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas).
Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya.” (QS. Yunus:9). [MAY/Cms]