KETUA Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA), Nurjanah Hulwani, menyerukan negara-negara Asia Pasifik bersatu mendukung Palestina merdeka. Hal itu disampaikannya di hadapan peserta Konferensi Asia Pasifik untuk Palestina di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, pada Sabtu (8/11).
“Kerja kepalestinaan ada yang bersifat pribadi, di mana setiap individu memperjuangkan Palestina di profesi masing-masing. Dalam hal ini, semua orang diharapkan berbondong-bondong menyuarakan Palestina. Ada pula yang bersifat kolektif. Kita yang merupakan bagian dari Asia Pasifik harus menjadi pemantik agar negara di sekitar mau bergerak,” ujar Nurjanah berapi-api.
Ia mengingatkan bahwa kejahatan Israel di Palestina sudah terjadi sejak tahun 1948. Puncaknya dilakukan sejak setelah 7 Oktober 2023. Ini, kata Nurjanah, bukan hanya di Gaza. Sasaran Israel meliputi Gaza, Tepi Barat, Al-Quds, tahanan, hingga pengungsi yang angkanya mendekati 7 juta jiwa dan tersebar di seluruh dunia.
“Lihat data kehancuran yang diakibatkan oleh 200 ribu ton bahan peledak yang diluncurkan sebanyak 136 kali. Lalu ada 260 ribu ton sampah yang masih berserakan di Gaza,” paparnya.
Merespons penderitaan rakyat Palestina, Nurjanah menyebut peran perempuan tidak bisa diabaikan. Tidak cukup hanya mengeluarkan air mata karena kesedihan. Menurut dia, semua orang harus merasa terpanggil, baik sebagai manusia yang memiliki kemanusiaan maupun sebagai muslim yang memiliki ikatan akidah.
Ia mengakui bahwa belum banyak gerakan perempuan, baik di indonesia maupun Asia Pasifik, yang menyuarakan Palestina. Namun, ia mengajak semua pihak menghadirkan Al-Aqsa dalam diri, dalam rumah, dan bergerak terus sebagaimana rakyat Gaza yang tak pernah berhenti berjuang.
“Satu wilayah yang punya kekuatan luar biasa hanya Gaza. Kota yang penduduknya hanya 2,1 juta jiwa mampu berdiri tegak melawan Amerika dan Israel,” pungkasnya.
Konferensi Asia Pasifik untuk Palestina bertajuk “Penguatan Aliansi untuk Bela Palestina” dilaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI selama dua hari pada Jumat dan Sabtu (7-8/11).
Diskusi panel diisi oleh tokoh-tokoh dari Indonesia, Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea, Maldives, Malaysia, dan Singapura.
Dari Indonesia hadir Dr. Hidayat Nur Wahid, Dr. Mardani Ali Sera, Prof. Din Syamsuddin, Prof. Makarim Wibisono, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, K.H. Anwar Iskandar, Dr. Amirsyah Tambunan, Bunyan Saptomo, Nurjanah Hulwani, Dr. Maimon Herawati, Ikang Fawzi, dll.
Acara ditutup dengan pembacaan deklarasi oleh ketua panitia yang merupakan Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim. [Mh/KPIPA]


