BAITUL Maqdis bukan hanya menjadi tempat suci bagi umat Islam, tetapi juga saksi sejarah kegigihan para muslimah dalam mempertahankannya. Di tengah gempuran musuh, hadir sosok-sosok perempuan tangguh yang tidak hanya menjaga rumah dan keluarga, tapi juga berdiri di garis depan perjuangan.
Melalui akun instagramnya, Gen Saladin menuliskan muslimah hebat yang berperan dalam menjaga Baitul Maqdis di masa lalu, 5 di antaranya sebagai berikut:
1. Hannah, Istri Imran
Hannah binti Faqudh, istri Imran, adalah perempuan shalihah yang doanya mengguncang langit. Saat merindukan keturunan, beliau bernazar bahwa anaknya akan didedikasikan untuk menjadi “Muharrar”, seorang yang ahli ibadah di Baitul Maqdis. Nazar ini bermuara akhirnya dengan kelahiran Maryam (ibu dari Nabi Isa) dan membuka jalan bagi peristiwa-peristiwa besar di sana. Kisahnya menjadi simbol bahwa kontribusi perempuan terhadap peradaban bisa dimulai dari niat luhur dalam visi keluarga.
2. Maryam binti Imran
Satu-satunya wanita yang Allah sebut namanya dalam Al-Qur’an, bahkan menjadi nama satu surat. Ibunda Maryam adalah hasil dari doa keluarganya, dan juga kisah tentang seorang wanita yang memakmurkan Al-Aqsha saat Bani Israil sedang tak baik-baik saja dan negeri para nabi itu dicengkeram oleh Romawi. Di Al-Aqsha, Ibunda Maryam belajar langsung dari Nabi Zakaria, dan mendidik Nabi Isa ‘Alaihi Salam menjadi salah satu pahlawan terbesar sepanjang sejarah manusia.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
5 Muslimah Hebat yang Berperan dalam Menjaga Baitul Maqdis di Masa Lalu
3. Ishmah Ad-Din Khatun
Sebagai istri dari dua tokoh besar, Nuruddin Zanki lalu wafat dan dinikahi Shalahuddin Al-Ayyubi. Ishmah Ad-Din Khatun tidak sekadar menjadi permaisuri, tapi pilar jihad dan pendidikan. Ia menginfakkan kekayaan untuk membiayai perjuangan membebaskan Al-Aqsha, mendirikan sekolah dan memperkuat lembaga sosial di Syam dan Mesir.
Sosoknya adalah bukti bahwa kekusaan di tangan perempuan bisa menjadi sarana untuk menghidupkan peradaban. Abu Syamah Al-Maqdisi mengatakan bahwa Shalahuddin suka menerima ide-ide dari Khatun.
4. Turkan Khatun dan Tanshuq Muzafariyah Wakaf Perempuan, Peradaban yang Bertahan
Pada masa Dinasti Mamalik abad 14 M, Turkan Khatun membangun sekolah-sekolah di Baitul Maqdis sebagai benteng keilmuan umat. Sementara Tanshuq Al-Muzafariyah menyerahkan rumahnya untuk dijadikan madrasah yatim, yang masih berdiri hingga hari ini.
Baca juga: Kisah Pasukan Salib Telah Sampai di Dekat Baitul Maqdis, Persiapan Menjajah Masjid Al Aqsha
Di tengah gejolak politik, dua perempuan ini menunjukkan bahwa wakaf bukan sekedar amal, tapi strategi mempertahankan identitas Islam di tanah suci lintas generasi. Di tengah gempuran pasukan salib dan serangan Mongol.
5. Roxelana, Ratu Utsmaniyah
Dikenal juga sebagai Hurrem Sultan keturunan Ukraina, Roxelana (istri Sultan Sulaiman Al-Qanuni) mendirikan dapur umum “Takiya Khasaki Sultan” di Yerusalem. Dapur ini memberi makan fakir miskin secara gratis selama lebih dari 5 abad. Wakafnya bukan hanya cermin kasih sayang, tetapi juga strategi sosial-keagamaan yang menyejahterakan rakyat dan mengakar kuat dalam sejarah Utsmani di Baitul Maqdis.
Mereka bukan hanya simbol keteguhan iman, tapi juga cerminan bahwa peran menjaga tanah suci bukan semata tugas kaum pria. Muslimah, dengan ilmunya, keberaniannya, dan doanya, punya tempat istimewa dalam sejarah Baitul Maqdis.[Sdz]