ChanelMuslim.com – Gempa yang menimpa masyarakat Lombok belakangan ini merupakan peristiwa terdahsyat yang dialami. Selama hidup mereka, baru kali ini merasakan guncangan sampai 7 skala richter.
"Baru kali ini Mas, itu getaran terdahsyat menurut kami," kata Pak Arifin seorang penyelam di Pantai Sira. Selain Pak Arifin, ChanelMuslim.com sempat juga bertemu dengan berbagai warga Lombok. Rata-rata mempunyai jawaban yang sama.
Apalagi gempa tersebut juga memberikan efek trauma yang besar bagi masyarakat Lombok. Devi, seorang ibu rumah tangga mengungkapkan perasaannya saat terjadi gempa tertinggi di Lombok.
"Waktu itu, saya di dalam rumah bersama anak saya. Suami sedang bekerja. Malam saat gempa terjadi, saya langsung ke luar rumah, dan tidak berani masuk rumah kembali,"katanya.
Menurutnya, saat gempa, ia melihat seperti terjadi kiamat. Rumah-rumah dan jalanan bergoyang.
"Kami semua yang ada di jalanan saat itu berulang kali mengucapkan istigfar,"katanya saat ditemui ChanelMuslim.com
Trauma yang dialami Ibu Devi, Pak Arifin dialami juga oleh semua masyarakat Lombok. Buktinya, saat gempa susulan terjadi di hari Sabtu siang (18/8/2018), masyarakat Lombok yang tadinya sudah berada di rumah, langsung pindah ke tenda lagi.
Ditambah lagi gempa Ahad tengah malam (19/8/2018). Masyarakat yang sedang tertidur langsung terbangun dan pergi ke jalanan untuk menyelamatkan diri.
Berdasarkan data, gempa yang terjadi di Lombok tak pernah mencapai 7 skala richter. Rata-rata mencapai 5 dan 6 skala richter. Masyarakat pun sudah terbiasa jika terjadi gempa dengan skala seperti itu. Karena pengalaman mereka terhadap gempa hanya mencapai sebesar itu.
"Kami sudah terbiasa Mas dengan gempa. Tapi yang kami tak pernah menyangka saat BMKG bilang bahwa gempa susulan yang akan terjadi di hari Ahad tanggal 5 itu kecil. Nyatanya besar,"kata Arifin.
Menurut pengakuan Arifin dan Devi. Gempa yang terjadi di Lombok adalah karena kemaksiatan.
"Lombok sudah tak seperti dulu lagi. Semenjak ada bule-bule, kemaksiatan sering terjadi di sini,"kata Arifin.
Apalagi di Gili, kata Arifin, kita mudah sekali melihat mereka telanjang hanya dengan berbahan dua kain tipis yang menutup kemaluan mereka.
"Sekarang Gili sudah bersih semenjak gempa. Antara bersyukur dan enggak sih,"katanya.
Dengan Gili yang tidak ada turis, menurut Arifin, ia tidak bisa bekerja lagi.
"Saya setelah gempa, off jadi penyelam Mas. Biasanya perhari bisa minimal dapat 600 ribu,"katanya.
Kini Arifin dan Devi pasrah dan hanya bisa berdoa gempa akan surut. Mereka bisa beraktivitas kembali di rumah dan bekerja seperti semula.
Lombok sudah mengalami beberapa kali gempa.
1. Pada tahun 30 Mei 1979, dengan kekuatan 6.1 SR mengakibatkan 29 korban dengan luka berat, 98 korban luka ringan, 295 rumah penduduk yang rusak. Kerusakan itu sendiri banyak terjadi di daerah Tanjung, Bayan, Gangga, Cakranegara, Narmada, dan Kediri.
2. 20 Januari 2004 gempa terjadi di Lombok Barat dengan kekuatan 6,2 SR. Ada sekitar 32 orang yang mengalami luka, 2.224 rumah penduduk, 24 masjid, dan 7 sekolah yang rusak. Kerusakan ini sendiri terjadi di daerah Mataram, Singkur, Montong Ganding, Pemenang, Sekotong, Selagalas, dan Batukliang
3. 22 Juni 2013 gempa terjadi di Lombok Utara kekuatan 5,4 SR di kedalaman 10 km. Ada sekitar 30 orang luka, 5.286 rumah rusak di daerah Gangga, Tanjung dan Pemenang. (Ilham)