ANCAMAN krisis gizi dan ketahanan pangan bukan lagi isu global semata, melainkan sudah menjadi kenyataan yang dihadapi masyarakat di sekitar kita.
Hal ini disampaikan oleh dr. Luthfia Soegiharto yang juga Ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Jatiasih, dalam talkshow bertema “Krisis Gizi dan Ketahanan Pangan: Ancaman Nyata di Sekitar Kita” yang diselenggarakan oleh Majelis Kesehatan PDA Kota Bekasi di Aula KH Ahmad Dahlan, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Kota Bekasi, Ahad (22/06/2025).
Ancaman Gizi: Stunting, Anemia, dan Penyakit Tidak Menular Masih Tinggi
Dalam pemaparannya, dr. Luthfia menyoroti berbagai tantangan gizi yang saat ini masih dihadapi masyarakat, di antaranya tingginya prevalensi stunting, anemia, obesitas, dan penyakit tidak menular (PTM) yang berkaitan erat dengan pola makan dan perilaku hidup sehari-hari.
Ia menjelaskan, “Tantangan terbesar dalam memutus rantai anemia defisiensi besi dan stunting bukan hanya soal akses pangan, tetapi juga terkait pola konsumsi yang tidak sehat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang, serta masih banyaknya informasi yang salah beredar di media sosial.”
Selain itu, pemberian makanan bayi dan anak yang belum sesuai dengan standar emas Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) menjadi salah satu penyebab berlanjutnya permasalahan gizi di masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cek kesehatan secara rutin juga memperburuk situasi.
Baca juga: Seminar Parenting Aisyiyah Jatisampurna Dorong Pola Asuh Berbasis Psikologi Anak Usia Dini
Tantangan di Masyarakat: Kurangnya Pengetahuan dan Perilaku Hidup Tidak Sehat
dr. Luthfia juga mengungkapkan bahwa di lapangan, kader kesehatan sering kali mengalami keterbatasan dalam mendapatkan informasi tentang stunting dan anemia.
Kurangnya kader, tidak optimalnya praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif, serta masih beredarnya praktik makanan tabu yang keliru seperti larangan makan ikan karena takut cacingan, menjadi hambatan yang perlu segera diatasi.
“Kurangnya peran serta ayah saat kehamilan, perilaku buang air besar (BAB) sembarangan, serta pengaturan jamban yang tidak sehat semakin memperparah kondisi kesehatan lingkungan,” jelasnya.
Ia juga menyoroti masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada waktu-waktu penting.
Krisis Pangan dan Ketergantungan Impor
Dalam talkshow tersebut, dr. Luthfia menegaskan bahwa krisis pangan global, inflasi, dan kemiskinan telah mempersempit akses masyarakat terhadap pangan bergizi.
Kondisi ini diperparah dengan ketergantungan masyarakat pada pangan impor dan makanan ultra-proses yang mudah diakses tetapi rendah gizi dan tinggi risiko kesehatan jangka panjang.
“Ketidakcukupan gizi yang berkepanjangan, terutama pada anak dan remaja, akan menimbulkan dampak serius seperti terganggunya perkembangan fisik dan kognitif. Ini adalah investasi masa depan bangsa yang terancam,” tegasnya.
Edukasi Melalui Lomba Pangan Sehat
Kegiatan talkshow ini juga dirangkaikan dengan Lomba Pangan Sehat, Hemat, dan Bergizi yang bertujuan mendorong masyarakat untuk mulai menerapkan pola konsumsi pangan lokal yang sehat dan terjangkau.
Selain itu, ada pula pengobatan gratis berupa pengecekan gula darah, asam urat, dan kolesterol untuk 100 peserta, bekerja sama dengan Klinik PKU Muhammadiyah.
Di luar aula, peserta juga dapat mendatangi aneka bazar produk baik produk kesehatan, kuliner, maupun fashion dan aksesoris.
Majelis Kesehatan PDA Kota Bekasi berharap melalui kegiatan ini, semakin banyak keluarga yang sadar pentingnya pemenuhan gizi seimbang sejak dini dan mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.[ind]