PUJIAN terasa lebih ringan dan nyaman daripada hinaan. Padahal potensi bahayanya sangat berat.
Di Mesir, ada seorang ulama kontemporer dalam bidang tafsir. Beliau bernama Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi.
Lahir di tahun 1911 di sebuah desa di Mesir, Sya’rawi sudah menghafal Al-Qur’an di usia 11 tahun atas bimbingan dari seorang ulama Qur’an di kampungnya. Selanjutnya beliau belajar di sejumlah sekolah Islam, di antaranya Universitas Al-Azhar, Mesir.
Tidak kurang dari 22 judul kitab yang beliau hasilkan selama masa hidupnya. Salah satunya yang begitu fenomenal adalah Kitab Tafsir Sya’rawi yang terdiri dari 20 jilid.
Karena masih tergolong baru, ceramah-ceramah beliau masih bisa dinikmati generasi muda melalui chanel Youtube. Ulasannya begitu dalam.
Sebegitu terkenalnya, kemana pun beliau berkunjung, warga Mesir akan menyambutnya dengan begitu antusias.
Pernah suatu kali, sebegitu cintanya dengan Sya’rawi, para warga mengangkat tubuhnya dari turun mobil hingga ke lokasi podium ceramah. Sepanjang jalan itu, nama beliau begitu dielu-elukan.
Sepulang dari acara itu, ayah dari empat anak ini tiba-tiba pergi entah kemana. Keluarganya mencari-cari. Mereka khawatir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada diri Sya’rawi.
Tiba-tiba, ada warga yang melihat kalau Syaikh Sya’rawi masuk ke toilet masjid. Tapi, lama tidak keluar.
Mendengar informasi ini, seorang putera beliau pun berlari menuju toilet masjid yang dimaksud. Ia khawatir kalau ayahandanya terjatuh atau sakit.
Setelah ditemukan anaknya, Syaikh Sya’rawi dalam keadaan segar bugar. Ia sudah berada tak jauh dari toilet.
Anaknya menanyakan, “Ayah sehat?”
Sya’rawi mengangguk. Ketika ditanyakan kenapa begitu lama berada di dalam toilet masjid. Ulama yang wafat di usia 87 tahun ini mengatakan, “Ayah mengkhawatirkan diri ayah yang dipuji-puji masyarakat sedemikian rupa. Karena itu, ayah menghinakannya.”
Setelah anaknya bertanya, Syaikh Sya’rawi menjelaskan kalau ia mencuci toilet masjid. Dengan begitu, ia bisa merasakan bahwa dirinya tak semulia yang diucapkan para warga.
**
Hanya orang-orang yang memiliki pemahaman yang dalam yang bisa menolak pujian tentang dirinya. Karena pujian yang luar biasa bisa melenakan dan merusak niat ikhlas seseorang dalam beramal.
Berhati-hatilah dengan pujian. Karena siapa pun kita hanya berasal dari air yang hina dan akan terkubur di tanah. Semua yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk itulah keadaan diri kita sendiri. [Mh]