KEGIATAN Studi Peradaban Islam dilakukan PPIJ di Maroko dan Tunisia. Jakarta sebagai Kota Global, sejatinya akan mendorong banyak relasi dan interaksi sosial ekonomi serta budaya dengan banyak pihak dari lintas negara dan peradaban.
Dan dalam konteks inilah, menjadi penting bagi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) untuk menajamkan realisasi visi pusat peradaban Islam internasional melalui program dan kegiatan berskala internasional. Salah satunya adalah melalui kegiatan studi Peradaban Islam di Maroko dan Tunisia, 8-17 Oktober 2024.
Kegiatan studi Peradaban Islam ini sukses membawa hasil yang positif khususnya dengan adanya penawaran kerja sama antara PPIJ dan Universitas Qarawiyin, Fes, Maroko.
Rektor Qarawiyin, Syeikh Dr. Amal Jalal menerima dan menyambut baik kunjungan PPIJ, bahkan beliau secara terbuka menawarkan MoU atau kerja sama antara dua lembaga terkait beasiswa kuliah di Qarawiyin, Jumat, (11/10/2024).
“Di awal pertemuan ini kita akan terus berkomunikasi dan bagusnya kita lanjutkan hubungan ini dengan membuat memorandum of understanding”, ujar Dr. Amal Jalal.
Penawaran MoU dari Rektor Universitas Qarawiyin Maroko ini disambut dengan gembira oleh Pimpinan PPIJ. Kepala Pusat PPIJ, Dr. KH. Didi Supandi menyampaikan terima kasih atas penawaran tersebut dan akan menindaklanjuti melalui komunikasi lanjutan dengan pihak Universitas Qarawiyin.
“Kerja sama ini bisa dimulai melalui kegiatan seminar atau konferensi internasional yang digagas oleh PPIJ terlebih dahulu sebagai upaya mendekatkan ke langkah-langkah MoU,” terang Kiai Didi.
Baca juga: Spektakuler, Pertama Kalinya PPIJ Persembahkan Drama Kolosal
PPIJ Kunjungi Maroko dan Tunisia dalam Kegiatan Studi Peradaban Islam
Kiai Didi juga menambahkan bahwa hasil ini menjadi salah satu dari tiga kesuksesan kegiatan studi ini yakni pertama, adanya tawaran MoU dari Rektor Universitas Qarawiyin kepada PPIJ.
Kedua, pihak Duta Besar RI untuk Maroko menyampaikan dukungannya untuk program pengiriman beasiswa kuliah di Maroko.
Ketiga, Pemprov DKI Jakarta, melalui Biro Dikmental Prov. DKI Jakarta juga menyampaikan apresiasi dan dukungan atas hasil positif dari studi Peradaban Islam di Maroko.
Dalam pertemuan dengan Rektor Universitas Qarawiyin ini turut hadir juga Kabag Mental Spiritual Biro Dikmental Prov DKI Jakarta, H. Aceng Zaeni, Ka. Subbag Pembinaan Kelembagaan Mental Spiritual Biro Dikmental DKI Jakarta, H. Mukhlis dan Ir. Sukri Kardjono, Kadiv Umum PPIJ beserta staf.
“Kami dari Biro Dikmental Prov DKI Jakarta sangat mengapresiasi program studi peradaban Islam yang dilaksanakan oleh PPIJ ini. Selanjutnya Biro Dikmental Prov DKI Jakarta akan mengkoordinasikan langkah-langkah selanjutnya agar hasil studi ini dapat diimplementasikan dengan baik,” terang H. Aceng Zaeni.
Aceng juga berharap agar program seperti ini dapat dilanjutkan agar PPIJ bisa dikenal luas oleh peradaban lain di dunia. Ditambah lagi dengan niat mulia untuk beasiswa pendidikan bagi putra-putra Jakarta ke pusat-pusat peradaban Islam.
Bincang Hangat dengan Syeikh Mustafa Najim, Mantan Rektör Universitas Qarawiyin
Selain agenda ke Universitas Qarawiyin, PPIJ juga mengagendakan kunjungan ke Syaikh Mustafa Najim di Casablanca, Maroko, Rabu (9/10/2024).
Syaikh Mustafa Najim adalah Rektor Universitas Qarawiyin periode sebelumnya dan pada tahun 2016 dan 2017 beliau pernah berkunjung ke Jakarta Islamic Centre. Kunjungan PPIJ ini juga menjadi kunjungan balasan PPIJ ke Maroko.
Silaturahim dengan Syeikh Mustafa Najim berjalan sangat akrab, terlebih kegiatan ini bertempat di Nara Restoran, Casablanca. Ulama yang sekarang menjabat Mudir Madrasah Qur’an Masjid Hasan II Casablanca ini banyak membincangkan tentang Islam dan relasi antara Maroko dan Indonesia, karena ia cukup sering ke Indonesia, termasuk cukup akrab dengan ulama-ulama dari Indonesia.
“Indonesia dan Maroko memiliki banyak kesamaan. Indonesia, negara Islam paling Timur sedangkan Maroko, negara Islam paling Barat. Indonesia aqidahnya Maturidi, mazhabnya Syafii dan tasawufnya Al Ghazali, sedangkan Maroko aqidahnya Asy’ari, mazhabnya Maliki, tasawufnya Junaid Al-Baghdadi. Menjadikan keduanya negara Islam yang ramah dan rahmat lil’alamin,” urai Syeikh Mustafa Najim.
Uraian Syeikh Mustafa Najim yang penuh keilmuan, keteduhan dan kesederhanaannya, meskipun pertemuan singkat namun menjadi penyemangat spiritualitas untuk menguatkan kerja sama kedua negara.
Akhirnya, PPIJ perlu menyusun langkah-langkah strategis berikutnya untuk menindaklanjuti penawaran MoU dengan Universitas Qarawiyin Maroko. Semoga dalam waktu dekat program beasiswa kuliah di Madinatul Ilmi, Maroko bisa terlaksana. [ind]