APAKAH kamu tahu, ternyata di Masjid Nabawi tidak hanya belajar Quran dan hadis saja?
Selain belajar Quran, hadis, tafsir, siroh, ternyata di sana juga ada kajian matematika.
Hal ini disampaikan oleh Zahid Samosir, seorang pendakwah muda yang juga memiliki usaha travel umrah dalam akun instagram pribadinya.
“Lu kalau di Masjid Nabawi ngeliat kursi-kursi yang dipajang kayak gini pas kosong, lu kira buat kajian doang kan. Nggak juga, gue baru tau kalo ternyata kursi-kursi ini di antaranya itu buat kajian matematika cuy. Bukan cuma Quran sama hadis doang, bukan cuma tafsir doang, siroh doang. Bisa-bisanya baru pas ke-6 kali ini gua ke Saudi gue baru tau kalau kajian-kajian di Nabawi ini nggak semuanya belajar agama,” jelasnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Lebih lanjut ia menceritakan kronologi awal saat dirinya melihat di papan tulis terdapat coretan rumus matematika seperti pythagoras, aljabar dan lainnya.
Hal yang unik juga ia temukan bahwa pelajar yang belajar matematika dan agama mengenakan baju yang sama serta semua menggunakan bahasa Arab.
“Ya Allah udah matematika pusing, double pusing baca tulisan Arab.”
Melihat pemandangan ini mengingatkan ia dengan momen beberapa waktu lalu yang dimuat dalam aplikasi Ruangguru, Clash of Champions.
Dirinya banyak menemukan komentar negatif tentang acara tersebut dengan membandingkan antara ilmu duniawi dengan ilmu agama.
Tahukah Kamu, Ternyata di Masjid Nabawi Tidak Hanya Belajar Quran dan Hadis Saja
“Gue banyak baca komenan nyinyir yang bilang mending belajar agama dari beginian. Lah, kok gak nyambung. Ini nih yang bikin mindset muslim di Saudi dan muslim Indonesia jomplang banget.”
Ia mengatakan bahwa anak-anak Saudi yang kuliah ke Eropa dan belajar ilmu duniawi sangat ramai.
“Yang bikin beda antara pelajar muslim di Indonesia dan di Saudi, Anak-anak asli Saudi itu program belajarnya nggak ada yang nanggung. Umur 8-15 tahun udah pada Hafiz Quran dulu sampai hafal Quran di luar kepala. Dari masa bocil dasar-dasar agamanya udah strong dulu baru mereka belajar ilmu duniawi dan sekalinya belajar pun gak nanggung sampai kuliah di negeri-negeri yang jauh. Pantesan negaranya berkembang pesat dan begitu pula kondisi ekonomi mereka.”
Baca juga: Keberangkatan Delegasi Volunteer Indonesia untuk Arabic Camp Batch 2 di Malaysia
Zahid mengatakan bahwa kuncinya ialah seimbang antara belajar ilmu agama dan juga dunia, bukan justru membandingkan antara keduanya.
“Padahal mereka juga males kajian. Disuruh ngaji belepotan dan ogah nyari ustaz buat ngebenerin bacaan mereka. Ini mindset pelajar mereka yang mesti kita adopsi supaya jadi muslim di negeri kita berarti jadi orang yang taat dan sukses secara bersamaan dan gak harus pilih salah satu tanpa dapetin yang lain,” pungkas dai muda tersebut.[Sdz]