ChanelMuslim.com – Aktifitas Dakwah Ummi Pipik atau Pipik Dian Irawati mulai merambah ke seluruh nusantara , termasuk ke Provinsi Aceh. Bagi Ummi Pipik, panggilan Pipik Dian Irawati Aceh merupakan tempat yang ingin terus dia kunjungi karena salah satunya Aceh menerapkan syariat Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berikut kutipan dari laman serambiaceh tentang cerita Ummi Pipik tentang Aceh..
“ACEH ini kan Serambi Mekkah, kental banget dengan budaya Islam syariahya. Itu yang membuat saya suka saat diundang ke Aceh. Pertama datang itu saya sempat berkunjung ke Museum Tsunami, lalu ke pantai yang bagus banget,” ungkap Pipik Dian Irawati yang sudah tiga kali datang ke Aceh saat berbincang dengan Serambi, di Pendopo Wali Kota Banda Aceh, Selasa (12/5) malam.
Menurut istri dari Da’i kondang almarhum Ustaz Jeffry Al Bukhari ini, Jakarta yang mayoritas penduduknya muslim namun syariat Islam sulit ditegakkan di ibu kota tersebut.
“Tapi dengan Aceh itu yang luar biasa yang membuat saya ingin terus datang ke Aceh. Salah satunya ya itu (syariat Islam-red),” tutur perempuan yang akrab disapa Umi Pipik ini.
Kedatangannya kali ini yang juga dihadiri Ustadz Erick Yusuf untuk mengisi dakwah umum yang diadakan Pemko Banda Aceh bekerja sama dengan Sirup Syukur dan Kodam Iskandar Muda, di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, Rabu (13/5) lalu. Dalam dakwah yang mengangkat tema indahnya bersyukur ini, Umi Pipik menyampaikan untuk selalu bertawakal kepada Allah terhadap berbagai ujian yang diberikan, serta senantiasa bersyukur.
Umi Pipik bersyukur apabila dianggap menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya. Namun ia mengatakan dirinya juga manusia biasa sama dengan lainnya yang menjadi seorang muslimah, istri, dan ibu bagi keempat anaknya, Adiba Khanza Az-Zahra, Abidzar Al Ghifari, Ayla Azuhro, dan Attaya Bilal Rizkillah.
“Saat kita menjadi muslimah bagaimana kita menjadi muslimah yang taat kepada Allah, taat kepada hukum Allah. Menjadi yang perfect di hadapan Allah, bukan perfect di hadapan manusia. Gak ada berhentinya kita perfect di hadapan manusia. Kita perfect di hadapan manusia, ternyata kita cacat di hadapan Allah,” tutur perempuan kelahiran Semarang, 26 November 1977 silam itu.
Dia kini menjadi pendakwah meneruskan perjuangan suami tercinta, Ustaz Jeffry Al-Bukhari yang meninggal dunia pada Jumat, 26 April 2013, karena kecelakaan tunggal dengan motor yang dikendarainya.
“Sama halnya, saat menjadi seorang ibu juga tampil menjadi seorang ibu yang taat kepada Allah. Maka semuanya menjadi sempurna dihadapan Allah, meskipun tidak ada manusia yang sempurna. Namun terus belajar untuk mencari yang sempurna, dan belajar untuk menjadi yang taat,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa Allah sangat memuliakan wanita lalu mengapa wanita menghinakan dirinya. Di dalam Alquran pun semua surah ditujukan kepada wanita, hal itu bukan karena wanita lemah namun karena wanita mulia dan kuat. “Itu yang harus dipahami bahwa kedudukan wanita tiga kali lebih di atas laki-laki. Tapi tetap kita harus tahu kodrat kita. Kita bukan pemimpin, ada suami kita yang memimpin kita makmum,” ujarnya.
Sosok Umi Pipik dan perjalanan hidupnya senantiasa dijadikan inspirasi bagi sejumlah kaum perempuan. Hijab yang selalu menutupi tubuh dan wajahnya juga semakin menambah keanggunan, dan kecantikan yang terpancar dari raut wajah mantan cover girl majalah remaja Aneka era 1995-1997, sebelum menikah dengan almarhum Ustaz Jeffry Al Bukhari.
Umi Pipik menilai kecantikan itu bukan dari wajah, karena Allah tidak melihat pada wajah tapi pada takwa dan ketaatan. “Aku tidak melihat wajahmu, Aku tidak melihat hartamu, Aku tidak melihat ilmumu, Aku tidak melihat jabatanmu atau segala macam. Tapi Aku melihat takwamu, ketaatanmu. Jadi semua kembali lagi pada hati, hati yang apa. Hati yang selamat tentunya,” jelasnya yang pada kesempatan itu juga didampingi Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal dan Kabid Pengambangan Syariah dan Dayah Dinas Syariat Islam Banda Aceh, Wirzaini Usman.
Umi Pipik yang berada di Banda Aceh selama dua hari (12-13 Mei 2015) ini, mengatakan Allah menerima ibadah seseorang dengan hati yang selamat yaitu selamat dari sifat dengki, dendam, kebencian, dan lainnya.
Dalam tubuh manusia, katanya lagi, ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka perilakunya akan baik, dan yang keluar dari mulutnya pun baik. Namun apabila daging dalam tubuh manusia itu buruk, maka perilakunya akan buruk yang keluar dari mulutnya pun akan buruk. “Daging itu apa? daging itu hati. Apabila hatinya baik perilakunya otomatis akan baik. Hablumminallah-nya baik otomatis hablumminannas-nya juga baik,” tutupnya.(jwt/sumber :serambiaceh)