SMART171 sebagai lembaga sosial kemasyarakat (NGO) Palestina berkolaborasi dengan Misi Indonesia untuk Perdamaian Dunia (Minda), dan Asia Pacific Women’s Coalition for Al-Quds and Palestine (APWCQP) mengadakan edukasi kepemudaan bertajuk “Smart Camp 2.0: Genosida Israel di Palestina” (30/08/2024).
Edukasi ini berlangsung hybrid (daring dan luring) dengan mengikutsertakan perwakilan peserta dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain: Maluku, Sulawesi, Bali, Lombok, Yogyakarta, Jawa Timur, Solo, dan Jawa Barat.
Perwakilan tersebut tergabung dalam komunitas kepemudaan aktivis Palestina yaitu mahasiswa dalam Students Justice in Palestine (SJP), Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Bandung Raya (FSLDK), Baik Berisik, dan SMART171 dengan total sekitar 60 peserta.
Acara ini mengangkat tema utama yaitu “War on Media” sebagai respon masifnya informasi dan membongkar praktik manipulasi narasi oleh Israel di media besar arus utama (proyek hasbara).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kajian ini mengikutsertakan pembicara kunci aktivis Palestina antara lain: Prof. Dr. Sami A. Al-Arian dari lembaga riset CIGA di Turki, Heru Susetyo selaku Direktur Minda, Ir Dr Kamal Nasharuddin Mustapha selaku Ketua MyCare di Malaysia, Dr Aina Thaipratan selaku Dosen di Walailak University di Thailand, Michiyo Oki selaku aktivis dari Jepang, dan Dr Maimon Herawati selaku Direktur SMART171.
“Awal mula untuk memahami proyek hasbara, kita perlu tahu bahwa komunitas Yahudi dibagi menjadi dua komunitas Yahudi yaitu: Yahudi dalam sejarah Islam dan Yahudi yang berkembang dalam masyarakat Eropa.
Singkatnya, kekejaman penjajah zionis saat ini berawal dari kekecewaan Yahudi Eropa dari berbagai penolakan atas usaha perwujudan eksistensinya di Eropa.
Beratus tahun kemudian, kelompok itu mulai memimpikan negara sendiri dengan doktrin baru yaitu zionis yang diinisiasi oleh Theodore Herzl”, ungkap Prof. Sami.
Prof Sami menambahkan bahwa terkait dengan upaya melancarkan niat tersebut, maka zionis membuat sebuah strategi bernama proyek hasbara.
Proyek hasbara merupakan strategi atau mesin propaganda berupa narasi dari zionis Israel. Zionis mencoba membentuk narasi sesuai dengan tujuan dan doktrin zionis untuk mengaburkan kebenaran fakta perjuangan Palestina.
Zionis berusaha keras memanipulasi narasi dengan tujuan menutupi kejahatannya. Untuk melancarkan penyebaran informasi, zionis melakukan penguasaan terhadap media besar.
War on Media: Menguliti Proyek Hasbara Penjajah Zionis Israel
Sebagai informasi bahwa zionis didirikan pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 yang berujung pada aneksasi zionis kepada Palestina saat Palestina di bawah kendali Inggris.
Zionis memanipulasi narasi dengan mengisi konten narasi dengan menekankan topik tertentu sesuai tujuannya yang tidak relevan dan bertujuan memberi efek kuat kepada bergesernya pendapat publik.
Zionis menggunakan narasi untuk menghapus kekejaman yang dilakukannya dengan membelokan poin peristiwa yang sebenarnya terjadi di Palestina.
Opini publik yang besar berdampak pada imunitas Israel pada hukum internasional yang mana mereka bisa dikatakan berhasil untuk terus mendapatkan pengecualian hukuman dan bebas membangkang pada keputusan Dewan PBB.
Ketegasan perlu ditegakan untuk bisa melawan atau minimal mengimbangi proyek hasbara yang sebenarnya tidak hanya bergerak di media melainkan beberapa lini seperti kerja sama antar negara.
Oleh karena itu, Dr. Kamal menjelaskan tentang keteguhan pemerintah Malaysia dalam membela Palestina dalam dua strategi utama yaitu: top to down dan bottom up.
Top to down yaitu bergerak mendukung Palestina dari kepemimpinan dalam pemerintahan.
Memanggil lembaga bantuan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.
Baca juga: Hari Kebebasan Pers Sedunia, Konflik Gaza Paling Mematikan Bagi Jurnalis
Sedangkan, bottom up berupa pengumpulan massa di Kuala Lumpur dan berbagai kota untuk menyadarkan masyarakat awam tentang pentingnya bela Palestina.
Tidak dipungkiri bahwa terdapat beragam keberpihakan dari berbagai negara dalam menanggapi isu penjajahan di Palestina seperti penyampaian Michiyo Oki dan Dr Aina.
Michiyo mengatakan bahwa pemerintah Jepang cenderung netral.
Hal senada disampaikan oleh Dr Aina dari pihak negara Thailand dengan kecenderungan pada mendukung “two state solution”.
Meski demikian, Michiyo tidak berhenti untuk terus bersuara untuk Palestina dengan menginisiasi dan membangun news advocacy untuk advokasi Palestina di internal masyarakat Jepang.
Sedangkan Dr. Aina mengatakan bahwa produksi konten untuk sosial media akan terus dilakukan untuk edukasi dan penyadaran rakyat Thailand terhadap penjajahan di Palestina.[Sdz]