SEBUAH kisah nyata tentang seorang pengemis tanpa kaki ini memberikan gambaran kepada kita akan apa yang dapat terjadi akibat dendam dan kemarahan yang tak terkendali.
Suatu hari, seorang anak sedang berjalan bersama ayahnya. Dia melihat seorang pengemis tua yang berkaki buntung di jalan sedang meminta-minta.
Anak laki-laki itu segera menghentikan ayahnya dan menghampiri pengemis cacat itu.
“Hai Pak, boleh tanya?” dia bertanya padanya.
“Ya, silakan,” jawab lelaki tua itu.
Lalu anak laki-laki itu berkata.
“Apa yang terjadi dengan kakimu? Kenapa hilang?”
Ekspresi malu terlihat di wajah sang ayah saat dia berbisik ke telinga putranya.
“Hei nak, kamu tidak boleh menanyakan pertanyaan yang tidak pantas kepada orang lain seperti itu.”
Si pengemis itu mendengarnya. Dia berhenti sejenak, lalu berkata kepada anak kecil itu.
“Kemarilah… Aku akan menceritakan sebuah cerita pendek padamu.”
Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
Lalu orang tua itu berkata.
“Ini adalah kisah nyata tentang seorang anak laki-laki, dan kamu harus memperhatikan baik-baik.”
“Oke.”
Orang tua itu mulai berbicara.
“Ada seorang anak laki-laki yang mempunyai seekor keledai yang sangat dia sayangi. Dia memanggilnya Banjo, dan dia adalah teman terbaiknya. Suatu hari, dia pergi mandi di sungai dan membawa keledai itu bersamanya untuk mandi.
Sayangnya, seekor buaya besar tiba-tiba melompat keluar dari air dan menangkap keledai itu dan menyeretnya masuk ke dalam air. Anak laki-laki itu tidak bisa menyelamatkan keledainya.
Dia menangis dan berteriak sangat keras saat menyaksikan Banjonya yang malang diseret oleh buaya ke dasar sungai.
Dia sangat marah dan sedih dan merasa bahwa dia harus melampiaskan dendamnya pada buaya tersebut. Tanpa berpikir panjang, dia melompat ke sungai untuk melawan buaya ganas itu. Tapi apa yang terjadi…?! Seekor buaya lain menyerang anak itu dan menyeretnya ke dalam air… Tamat. ”
Setelah mendengarkan cerita itu, anak itu membelalakkan matanya dengan ngeri, lalu bertanya.
“Jadi, apa yang terjadi pada anak itu setelahnya? Atau dia juga dibunuh?”
Orang tua itu berhenti sejenak, lalu berkata.
“Selama bertahun-tahun, anak laki-laki itu telah tumbuh menjadi lelaki tua dan dia sekarang adalah aku. Aku baru saja menceritakan kepadamu sebuah cerita tentang diriku, sehingga menjawab pertanyaanmu.
Aku selamat tetapi kehilangan kedua kaki akibat kejadian itu.”
Baik ayah maupun anak itu merasa miris dan sedih.
Baca juga: Kisah Pengemis dan Orang Sholeh
Kisah Nyata Pengemis Tanpa Kaki
Kemudian pengemis tua itu menyimpulkan.
“Cerita saya memiliki pelajaran yang kuat tentang kemarahan dan balas dendam, yang harus kamu petik.
Kamu harus belajar mengendalikan amarahmu. Atau kamu akan terdorong untuk melakukan balas dendam, yang tidak hanya akan menyakiti orang lain, tetapi juga dirimu sendiri.
Saya sangat marah dan sedih saat itu, saya sangat ingin membalas dendam pada buaya itu sehingga saya tidak menyadari betapa bodohnya saya.
Kemarahan dapat membuatmu mengambil tindakan bodoh yang akan kamu sesali selamanya.
Kamu tahu, jika saya mengendalikan amarah saya dan berjalan pulang setelah buaya memangsa keledaiku, aku tidak akan menjadi ‘pengemis tak berkaki’ yang kamu lihat hari ini.
Penting bagimu untuk belajar memaafkan orang yang menyakitimu, dan melanjutkan hidupmu.
Bukan karena mereka pantas mendapatkannya, tapi karena kamu pantas mendapatkan kedamaian.[ind]
Penulis: @penikmatsenja
Sumber: https://t.me/semangatsubuh