INILAH kisah suami yang menjaga mood istrinya. Sebuah cerita rumah tangga yang kerap dialami oleh para pasangan tapi cukup berharga sebagai refleksi bagi kita semua.
Jam 10.00.
Tring, notifikasi WA masuk. Istriku. Harus segera dibuka, nih.
”Mas aku lelah. Hari ini enggak masak, ya.”
”Ok. Kalo lelah istirahat saja, sayang. Soal makan bisa delivery order ke warung langganan.”
Tak lupa pake emoticon hati dan sun jauh. Sebab kalo sudah begini pertanda mood-nya lagi ambruk ke titik terendah.
”Duitnya diganti kan, yaa? Jangan pake uang belanja mama. DO kan lebih mahal daripada masak sendiri.” Rajuknya.
”Ok.” Kali ini singkat aja. Tumpukan koreksian UTS mahasiswa sudah menanti di sudut kanan meja kerja. Beberapa saat lagi jadwal bimbingan dimulai. Jadi obrolan ini harus segera diakhiri.
”Enggak beberes, enggak nyetrika juga. Gapapa ya kalo pas pulang nanti rumah masih berantakan. Kakak jail banget sama adiknya hari ini. Ade juga cengengnya minta ampun.” Diakhiri emoticon nangis sampe berderet.
Kalau sudah begini alamat enggak bisa cepet-cepet mengakhiri obrolan. Mataku melirik kalender meja di sudut kiri, sambil nginget-nginget jadwal datang bulannya.
”Iya gapapa, papa enggak pernah protes, lho.” Kali ini emoticon ngedipin sebelah mata.
Meski kerjaan numpuk, sebagai suami, wajib menjaga mood istri yang lagi down nun jauh di rumah sana. Di kepalaku sudah terbayang situasi dan kondisi rumah saat ini. Acak-acakan dari Sabang sampai Merauke, anak-anak berlarian ke sana kemari.
Kakaknya yang selalu jail dan adiknya yang cengeng pasti cukup menguras emosi istriku tercinta, yang kadang bisa lebay, gemesin, bikin kasihan sekaligus bikin sebel dalam waktu bersamaan. Tapi rasa sayangku padanya enggak pernah berkurang.
Apalagi kalau membayangkan sekarang dia lagi mengunci diri di kamarnya, mencoba mengabaikan segala yang nampak dan terdengar, berusaha mencari perhatian dariku, suaminya yang juga sama lelah dan capeknya dengan urusan perkerjaan, tapi harus tetap tenang menghadapi sikap manja dan kekanakannya yang suka datang tanpa diundang.
Sialnya kadang sikapnya itu datang di saat sibuk seperti ini. Tapi sudahlah, di situlah letak keunikan wanita yang tercipta dari tulang rusuk bengkok milik pasangannya.
Baca juga: Ketika Suami Istri Mulai Saling Curiga
Kisah Suami yang Menjaga Mood Istrinya
”Nyetrikanya nyuruh orang aja, ya.” Sambungnya lagi.
”Ok. Apapun yang bisa bikin mama senang, mama boleh lakuin. Kalo mau nyuruh orang sekarang pake uang mama dulu, nanti papa ganti. Udah dulu, yaa sayang, papa lagi banyak kerjaan.” Deretan emoticon sun jauh dikirim full sebaris.
”Gitu amat. Lagi sama siapa tuh?”
Mulai bikin emosi naik, nih. Supaya enggak kepancing segera istigfar. Satu lagi sifat wanita, dia bisa menjadi sangat pencemburu. Tak peduli sesetia apapun kita. Baginya kehadiran wanita lain adalah ancaman terbesar yang jauh melebihi ancaman negara api di negri Avatar.
Segera kukirim foto selfie di ruang kerja sambil ngasih caption, ”Papa sendirian di sini, sayang. Jangan kuatir. Kalopun ada yang nemenin paling asisten. Tenang aja di sini ada CCTV. Kalo enggak percaya, boleh minta rekamannya. Tapi yang lebih penting ada yang lebih membuat papa takut selain CCTV di ruangan ini. Yang Maha Melihat di Arsy-NYA. Papa sayaaaang banget sama mama.” Dan deretan emot romantispun dikirim sebanyak mungkin.
”Ok, papa sayang. Selamat bekerja, ya.” Emoticon balasanpun tak kalah banyak dan meriah dari yang kukirim barusan.
Beres. Tanganku segera menjangkau tumpukan kertas di sudut meja. Tapi ketukan di pintu mengurungkan niatku. Rupanya waktu untuk bimbingan sudah dimulai.
Jam lima sore. Masuk lagi notifikasi WA dari istriku. Tanggung satu mahasiswa lagi. Kuabaikan dulu sesaat.
Jam 5.30 pas buka WA.
”Pulang jam berapa?”
”Kok enggak dibales. Masih sibuk, ya?”
”Iya, sayang. Maaf ya baru beres, nih. Bentar lagi pulang. Mau beberes buat persiapan pulang dulu.”
”Ok.”
Balesannya singkat aja berarti mood-nya lagi bagus. Akupun bersiap pulang.
Di perjalanan melewati tukang baso langganan kami. Kepikiran beliin buat yang merajuk tadi siang. Kubelikan yang biasa dia pesan. Sekalian beli buat anak-anak juga. Buatku enggak usah beli. Nanti juga kebagian kalo punya anak-anak enggak habis.
Sampai di rumah. Anak-anak berebut membukakan pintu pagar saat mendengar deru mesin mobil sekaligus klakson yang kubunyikan.
Istriku menyambut di pintu. Senyum manis tampak terkembang di bibir tipisnya.
”Assalamualaikum. Kayaknya ada yang lagi bahagia, nih.”
Aku menggodanya sambil tersenyum dan mengedip-ngedipkan sebelah mata.
”Waalaikumsalaam.” Jawabnya bersamaan dengan anak-anak.
Anak-anak kembali berebut mencium tanganku. Disusul istriku juga melakukan hal yang sama. Anak-anak mulai melaporkan banyak hal yang mereka lewati seharian seraya menjajari langkahku yang memasuki rumah.
”Ok. Sekarang kalian mainan dulu sana. Papa mau ganti baju, solat terus makan. Siapa yang belum solat?”
”Sudaaah.” Jawab mereka kompak sambil kembali berhamburan menuju ruang TV. Arena bermain tak resmi di rumah ini.
Istriku menatap mereka sambil geleng-geleng kepala. Segera kusodorkan kantong plastik isi baso padanya. Dia mengintip sesaat dan cepat menerka isinya setelah aromanya tercium.
”Wow, papa memang paling tau apa yang mama mau. Makasih, ya.” Pelukan dan ciumannyapun mendarat di pipiku.
Aku tersenyum sambil balas memeluk dan menciumnya. Memang terkadang hanya butuh hal sederhana untuk membahagiakan wanita.
”Anak-anak lihat apa yang papa bawa untuk kita!” Panggil istriku.
Dan sosok-sosok mungil yang baru mulai asyik bermain lagipun kembali berhamburan mendekat.
Aku masuk ke dalam kamar. Ganti baju, solat dan segera menuju ruang makan. Di sana anak-anak sudah heboh menikmati basonya.
”Jadi mama beli apa buat makan kita?” Tanyaku.
”Mama jadinya masak, pa. Tuh bikin orek tempe sama ayam goreng tepung. Beberes sama nyetrika juga. Soalnya kalo dipikir-pikir sayang juga ngeluarin uang buat sesuatu yang bisa dikerjain sendiri. Jadi uangnya bisa dipake buat yang lain.” Jawab istriku sambil tersenyum cerah.
Begitulah istriku. Mood-nya bisa berubah dengan cepat. Baru jam 10-an tadi dia ngeluh. Eh, sore ini pas pulang kulihat semua sudah dikerjakannya dengan paripurna.
Mungkin kebanyakan wanita di luar sana juga sama. Terkadang mereka hanya butuh diperhatikan dan didengarkan oleh pasangannya, supaya mereka kembali mendapatkan kekuatan.[ind]
Sumber: Endah Hendayanti
https://t.me/semangatsubuh