PEMERKOSAAN, senjata biadab Israel ditulis oleh Maimon Herawati (Dosen Ilmu Komunikasi dan lulusan Islamic Jerusalem Studies).
“Kalau dia Nukhba (milisi Qassam), maka apa saja boleh! Apa saja!” teriak Hanoch Milwidsky dalam pertemuan legislator Israel.
“Termasuk memasukkan tongkat ke dalam rektum seseorang?”
“Iya!”
Hanoch sedang membela sepuluh tentara Israel yang ditahan dalam rangka investigasi atas sangkaan pemerkosaan berkelompok di Sde Teinam.
Hanoch tidak sendiri. Di belakangnya ribuan massa.
Kemarin, Senin (28/07/2024) warga dan milisi Israel mengepung penjara Sde Teiman, 18 km dari Gaza Utara, di Gurun Negev. Penjara ini digunakan untuk menawan warga Gaza.
Mereka mencoba mendobrak pintu terali penjara, untuk memaksa masuk. Salah satu menteri Israel, Amichai Eliyahu, ikut dalam pengepungan itu.
Tidak berhasil di Sde Teiman, 1.200 orang berkumpul di luar pangkalan militer Beit Lid, merangsek mencoba masuk.
Mereka berusaha membebaskan 10 tentara Israel yang sedang dalam pemeriksaan militer karena kasus pemerkosaan berkelompok terhadap satu tawanan lelaki Palestina.
Kondisi tawanan Palestina ini sedemikian buruk sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan dioperasi.
Natan Sachs, kepala Pusat Kebijakan Timur Tengah, Institusi Broking, Washington, menyebut protes besar-besaran ini sinyal akan keadaan yang rumit.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Natan melihat ini adalah gambaran dari masyarakat Israel saat ini.
Memang mengerikan tabiat bangsa Israel ini. Alih-alih bersimpati dengan korban pemerkosaan, malah menyebut 10 tentara ini sebagai pahlawan terbaik.
Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben Gvir bahkan menyebut penahanan sepuluh tentara itu memalukan.
Kasus tawanan korban perkosaan berkelompok ini hanya satu dari ribuan kasus.
Dua pekerja di Sde Teiman menjadi pelapor rahasia atas keadaan di dalamnya.
Lorenso Tondo dan Quiqu Kierszenbaum menuliskan dalam Guardian kondisi Sde Teiman.
Pemerkosaan, Senjata Biadab Israel
Penjara ini terbagi dua bagian. Satu bagian adalah lokasi 200 tawanan Gaza yang ditahan dalam kandang-kandang.
Satu bagian lagi rumah sakit lapangan di mana pasien dirantai ke tempat tidur dan kadang tanpa obat penghilang sakit.
IDF berkeras bahwa tawanan yang mereka ambil dari Gaza adalah anggota Hamas.
Tawanan, menurut pelapor rahasia ini, dipaksa berdiri atau duduk berlutut berjam-jam.
Tawanan dilarang menggerakkan kepala atau bicara.
Jika melanggar, dipukul dengan tongkat polisi. Tawanan ditutup matanya dan diikat tangannya.
Lantai sangat kotor dan sangat berbau hingga pelapor terpaksa menggunakan masker.
Kadang terdengar bunyi pukulan dan teriakan. Kadang bunyi benturan ke dinding baja.
Baca juga: Kelahiran Traumatis di Gaza, Ibu yang Melahirkan di Jalan
Makanan yang diberikan pada tawanan berupa timun, beberapa lembar roti, dan keju. Beberapa di antara mereka jelas kelaparan akut.
Kata pelapor lagi, militer Israel tidak memiliki bukti bahwa tawanan ini anggota Hamas. Banyak tawanan yang mempertanyakan mengapa mereka ditahan.
Bagian rumah sakit Sde Teiman berisi pasien yang diculik dari rumah sakit Gaza.
“Luka mereka terinfeksi dan mereka mengerang kesakitan,” kata pelapor.
Nampak bahwa mereka adalah korban pengeboman Israel di Gaza dan kemudian ditawan dan dibawa ke Sde Teiman.
Laporan UNRWA terakhir mengungkapkan beragam penyiksaan berat yang dialami tawanan warga Palestina dalam penjara Sde Teiman.
Tawanan Palestina dipukuli tongkat metal saat disuruh berbaring di atas kasur tipis di atas reruntuhan, tanpa makanan dan minuman berjam-jam.
Tidak diijinkan ke toilet, kaki dan tangan diikat sangat lama sehingga tangan dan kaki luka.
Satu kaki tawanan bahkan terpaksa diamputasi karena luka borgolnya.
PBB menyebut sekitar 27 tawanan meninggal dalam penawanan Israel, termasuk di Sde Teiman.
Tawanan anak-anak dimasukkan ke dalam kandang yang ada anjing sehingga mereka diserang anjing.
Perlakuan lainnya adalah penghinaan seperti disuruh bersikap seperti binatang dan dikencingi. Tawanan juga dilarang sholat.
Hamas melancarkan operasi Tufanul Aqsa salah satunya untuk membebaskan tawanan Palestina dalam penjara penjajah Israel.
Saat ini ada 9.700 tawanan Palestina dalam penjara Israel.
Protes di depan Sde Teiman dan pangkalan Beit Lid ini menunjukkan jiwa yang sakit dan sulit dipahami menggunakan logika manusia. Sepertinya mereka bukan lagi manusia.
Merasa Seperti Ratu
Berbalik dengan kondisi penuh penyiksaan dalam tawanan Israel, tawanan Brigade Qassam menuliskan surat pujian untuk penawannya.
Danielle Aloni ditawan bersama anaknya Emilia (5 th). Pada 24 November 2023, Danielle dibebaskan.
Danielle menulis, penawan mereka seperti orang tua bagi Emilia.
“Emilia merasa bahwa kamu semua adalah temannya. Tidak sekedar teman, tapi teman yang dicintai.”
Danielle berterima kasih untuk pengasuhan yang diberikan pada Emilia.
“Anak-anak seharusnya tidak dalam tawanan. Tapi terima kasih padamu dan orang baik yang kami temui sepanjang penawanan, anak perempuan saya merasa seperti ratu di Gaza,” katanya.
Danielle menyebut penawanan yang dia alami dengan Emilia tidak meninggalkan luka psikologis pada anaknya.
Dia berharap mereka bisa menjadi teman baik dan mendoakan kebaikan dan kesehatan bagi anggota Brigade Qassam dan keluarga mereka.[Sdz]
View this post on Instagram