SELALU di tengah kondisi Gaza yang tampak hancur dimana-mana, ada kisah mengharukan di baliknya yang tidak terbayangkan sebelumnya. Salah satunya ialah Ibu yang melahirkan di jalan.
Setiap pagi, Alaa al-Nimer bangun untuk memandikan putrinya yang berusia enam bulan, Nimah.
Tidak ada air ledeng, air yang ia gunakan dengan hemat dikumpulkan dari tempat distribusi yang dekat dengan rumah seorang kerabat di lingkungan Sheikh Radwan di utara Kota Gaza.
Meskipun Alaa dan keluarganya kini mengalami kesulitan, ia bertekad untuk memandikan putrinya yang bermata hijau setiap hari.
Dilansir dari aljazeera, Ibu tiga anak berusia 34 tahun ini mengatakan senyum putrinya adalah obat penenang jiwa di masa kegelapan.
Tetapi kelahirannya lebih traumatis daripada yang pernah Alaa bayangkan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Anak perempuanku lahir di jalanan,” jelasnya malu-malu.
Dia menggambarkannya sebagai hari tersulit dalam hidupnya.
Alaa dan keluarganya, suaminya, Abdullah, 36 tahun, dan putra-putra mereka, Mohanned, tujuh tahun, dan Yamen, lima tahun, telah berpindah-pindah sejak perang Israel di Gaza dimulai pada bulan Oktober.
Setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.139 orang, Israel telah melancarkan perang di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang.
Ketika rumah mereka di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza menjadi sasaran pada bulan Oktober, keluarga tersebut pertama-tama pindah ke rumah kerabatnya dan kemudian ke rumah tetangga.
Baca juga: Wanita Gaza Ciptakan Produk Kecantikan dari Bahan Herbal
Kelahiran Traumatis di Gaza, Ibu yang Melahirkan di Jalan
“Kami mengungsi lebih dari 11 kali,” kata Alaa dengan suara lelah.
Keluarganya telah memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza utara meskipun pasukan Israel memerintahkan orang-orang untuk pindah ke selatan.
“Itu masalah prinsip,” kata Alaa. “Kami menyadari bahwa tidak ada tempat yang aman.”
Pada suatu kesempatan, tank-tank Israel mengepung gedung tempat mereka menginap dan melepaskan tembakan.
Alaa, putra-putranya, dan sekitar 25 orang lainnya yang berada di dalam gedung berhasil melarikan diri melalui lubang yang terbentuk saat sebuah granat menghantam gedung tersebut pada awal perang.
Ia menggambarkan pelarian mereka sebagai keajaiban.
Namun, saat itu musim dingin dan Alaa sedang hamil delapan bulan. Ia berjalan ke arah timur selama empat jam dalam cuaca dingin bersama anak-anaknya untuk menyelamatkan diri dari tank-tank.
Saat itu, suaminya sedang berada di tempat lain bersama ibunya yang sudah tua, yang kesulitan berjalan.
Alaa, anak-anaknya, dan orang-orang dari gedung itu mengambil jalan memutar untuk mencapai Kota Tua, tempat mereka berlindung di sebuah toko dekat masjid hingga keadaan aman untuk kembali.[Sdz]