WASPADA utang pengasuhan.
Selain utang berupa berupa materi, terdapat juga utang pengasuhan yang dilakukan orang tua kepada anaknya.
Utang pengasuhan adalah konsep yang merujuk pada beban finansial dan non-finansial yang ditanggung oleh individu atau keluarga dalam hal pengasuhan anak atau anggota keluarga lainnya.
Dijelaskan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman, seorang aktivis dan konselor ketahanan keluarga di Indonesia, bahwa jika orang tua memiliki utang pengasuhan kepada anak akan menyebabkan sang anak berperilaku menyimpang ketika dewasa.
“Ketika berbicara tentang perilaku seseorang khususnya anak-anak yang beranjak dewasa, bagi orang tua jangan sekadar menuntut anak untuk menjadi saleh. Tapi orang tua juga belajar, jangan-jangan ada hak anak yang tidak dipenuhi di masa kecil yang itu kelak akan ditagihnya di usia dewasa dengan bentuk perilaku menyebalkan,” jelas Ustadz Bendri.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kalimat bahwa “Apa yang kamu tanam, itu yang kamu tuai” benar adanya.
Segala yang orang tua tanam ketika anak masih kecil, itulah juga yang akan didapatkan oleh orang tua ketika anak tumbuh dewasa.
Perilaku dari tidak terpenuhnya hak seorang anak ini akan dilakukan ketika dewasa kepada orang tua sendiri atau kepada pasangannya.
“Jadi pasangannya ini menanggung utang mertua tanpa maksud menyalahkan mertua. Ini adalah pengasuhan yang harus kita pahami,” ungkap Ustadz Bendri.
Lantas apa yang harus orang tua lakukan ketika telat menyadari hal itu?
Baca juga: Memperbaiki Warisan Pengasuhan Masa Lalu yang Kurang Baik
Waspada Utang Pengasuhan
Ustadz Bendri mengatakan yang harus dilakukan pertama kali adalah minta maaf kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Satu, yakni minta maaf kepada Allah. Karena sejatinya utang pengasuhan itu kezaliman kita kepada anak-anak. Anak diamanahkan kepada orang tua sebagai fitrah kebaikan. Tugas kita adalah menumbuhkan fitrah tersebut.”
Selain karena itu merupakan bentuk kezaliman orang tua, dengan memohon ampun kepada Allah juga sebagai bentuk penghambaan meminta pertolongan-Nya.
Karena jika kita hanya mengandalkan diri sendiri itu tidak cukup.
Yang berkuasa untuk mengubah pasangan dan anak kita adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala pemilik dunia dan seisinya.
“Parenting itu bukan ilmu yang mendewakan seolah-olah orang tua yang menjadi peran utamanya. Peran utama yang mengubah adalah Allah,” jelas Ustadz Bendri sebagai penutup.[Sdz]