ASIYAH, istri Firaun sang pembawa perubahan.
Di jantung istana Firaun, Asiyah, ratu Mesir, memeluk erat putra angkatnya dan memberinya pendidikan spiritual dan intelektual yang dibutuhkannya untuk melahirkan revolusi yang tidak ada duanya.
Dikelilingi oleh kekayaan dan kemewahan, dilindungi oleh hak istimewa kekuasaan orang tua angkatnya, Musa bisa saja tumbuh menjadi orang yang manja dan sombong, merasa berhak dan tidak peduli terhadap penderitaan orang-orang yang sedarah dengannya.
Tidak diragukan lagi, kebijaksanaan dan kasih sayang Asiyahlah yang membimbingnya untuk menyadari dirinya lebih dari sekadar seorang pangeran Mesir yang dimanja.
Barangkali dia pernah duduk di samping tempat tidurnya ketika dia masih kanak-kanak dan berbisik kepadanya tentang kisah bagaimana dia dibawa ke dalam pelukannya, Sungai Nil menitipkan keranjang yang berisi hadiah tak terduga berupa seorang putra.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mungkin dialah yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang mengapa dia tidak tampak seperti anak-anak lainnya, mengapa wajahnya memiliki cap Bani Israil, dan mengapa dia masih hidup dan aman di istana Firaun sementara setiap tahun, negeri itu menjadi saksi pembantaian bayi laki-laki dan sungai-sungai dibanjiri air mata ibu-ibu mereka.
Mungkin hatinya hancur setiap kali ia menatap anak laki-laki muda yang merupakan kesejukan matanya, mengingat bahwa calon anak kesayangannya hampir saja menjadi salah satu anak yang dibantai itu.
Barangkali dia mengatakan kepadanya, dengan suara bergetar karena emosi, bahwa satu-satunya kekuatan yang dimilikinya untuk menghentikan nafsu haus darah suaminya terletak pada momen ketika dia menggendong bayi Musa di tangannya dan memohon kepada Firaun untuk, sekali saja, menyelamatkan nyawa seorang yang tidak bersalah.
Baca juga: Asiyah, Istri Firaun Sang Pembawa Perubahan (1)
Asiyah, Istri Firaun Sang Pembawa Perubahan (2)
Tidak diragukan lagi bahwa dia semakin menghargainya karenanya.
Tidak diragukan lagi bahwa dalam satu momen keberanian yang tak terbayangkan dalam menghadapi pembunuhan, Asiyah mengajarkan Musa apa artinya menentang ketidakadilan.
Asiyah-lah, lebih dari siapa pun, yang tahu bahwa diamnya dan tidak adanya tindakan dari mereka yang berkuasa hanya akan menimbulkan lebih banyak kengerian.
Asiyah-lah yang membesarkan Musa, seorang ratu yang membesarkan seorang Nabi, seorang wanita yang membesarkan salah satu revolusioner terhebat di dunia yang pernah dikenal.
Sumber: aboutislam
[Sdz]