ASIYAH, istri Firaun sang pembawa perubahan.
Seorang tiran bangkit ke tampuk kekuasaan, memerintah bangsanya dengan kekejaman dan kebencian.
Dalam satu gerakan, ia menciptakan jurang pemisah yang besar antara dua golongan masyarakat, mereka yang menjadi bagiannya dan mereka yang dianggapnya sebagai orang luar.
Selama bertahun-tahun, ia menganggap dirinya berhasil dalam menegakkan agenda prasangka dan diskriminasinya, sampai sebuah revolusi muncul dari jantung negerinya, dinyalakan di hati orang yang paling tidak ia curigai.
Sekitar tiga ribu tahun yang lalu, Firaun Mesir merupakan salah satu individu paling terkenal yang menerapkan kebencian dan pembunuhan sebagai kebijakan publik.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Itulah ayat-ayat kitab yang menjelaskan. Kami bacakan kepadamu sebagian kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya Firaun telah meninggikan dirinya di bumi dan menjadikan penduduknya berkasta-kasta.
Ia menindas sebagian dari mereka dengan membunuh anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup wanita-wanita mereka.
Bahkan saat ia mengirim tentaranya ke seluruh Mesir untuk membantai bayi, sambil menganggap dirinya aman selama darah bayi mengalir teratur seperti sungai Nil, seorang wanita Bani Israil menggendong putranya dan kemudian melemparkannya ke dalam sungai.
Baca juga: Dari Asiyah Kita Belajar
Asiyah, Istri Firaun Sang Pembawa Perubahan (1)
Dan Kami berikan wahyu kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka buanglah dia ke dalam sungai, dan janganlah kamu khawatir dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan Kami akan menjadikannya salah seorang di antara para rasul.” (QS. Al-Qasas:7).
Dari buaian seorang ibu ke pelukan ibu lainnya, Allah menyebabkan Sungai Nil membawa Musa muda langsung ke pelukan Asiyah, istri Firaun.
Dan istri Firaun berkata, “Ini adalah penyejuk mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya; mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kami dapat mengangkatnya sebagai anak.” Tetapi mereka tidak menyadari. (QS. Al-Qasas, 28:8-9).
Pada saat-saat itu, Musa mendapatkan ibu keduanya, yang tidak melahirkannya, tetapi yang membesarkannya sejak bayi hingga menjadi laki-laki seperti yang diharapkan, laki-laki yang berbudi luhur, beretika, dan memiliki rasa keadilan yang tinggi.
Sumber: aboutislam
[Sdz]