KISAH Bilal, sang pemanggil Islam yang manis.
Dalam sebelumnya telah diceritakan bahwa perkataan Muhammad merasuk ke hati Bilal dan ia pun menjadi Muslim saat itu juga.
Tidak ada yang perlu dipikirkan kapan waktu yang tepat, tidak ada yang perlu dipertimbangkan untung ruginya akibat dari pernyataan Syahadat.
Bilal melihat bahwa dalam pesan ini ia akan menemukan kedamaian, jawaban atas keinginan hatinya.
Bilal terbujur kaku di atas pasir yang membara, batu-batu besar diletakkan di dada dan perutnya, hampir-hampir menghancurkan hidupnya, meremukkan tubuhnya, dan membuatnya mustahil untuk percaya.
Tak satu pun berhasil.
Setiap kali ia memintanya untuk meninggalkan Islam dan menyatakan kepercayaannya sekali lagi kepada berhala, ia berteriak, “Ahad, ahad.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Umayyah (tuan dari Bilal) menyerah menyiksa, meninggalkan budaknya hampir mati.
Siapa yang tahu berapa banyak penduduk Mekkah yang tertarik masuk Islam karena penderitaan pria yang sederhana dan lembut ini?
Berapa banyak yang meninggalkan penyembahan berhala karena teladannya?
Bilal tidak memberikan pidato, tidak memimpin lokakarya dakwah Islam, dan tidak menulis buku serta pamflet yang mengajak orang untuk masuk Islam.
Kesaksian hidupnya sudah cukup.
Bilal dibeli dari Umayyah oleh Abu Bakar yang kemudian dibebaskan.
Islam telah membuatnya menjadi orang yang merdeka.
Baca juga: Kisah Bilal, Sang Pemanggil Islam yang Manis (1)
Kisah Bilal, Sang Pemanggil Islam yang Manis (2)
Selama sisa hidupnya, ia mengabdikan setiap napas dalam tubuhnya untuk mengabdikan diri kepada risalah Islam dan berada di sisi Rasulullah.
Bilal dipilih sebagai kurator azan karena suaranya yang kuat dan juga sangat merdu.
Ia akan pergi ke atap masjid di Madinah dan mengumandangkan azan.
Bukankah kisah Bilal adalah kisah setiap orang yang ingin menjadi Muslim?
Suaranya kuat dan lembut, sebagaimana pesan Islam yang kuat dan lembut.
Islam tidak membutuhkan persetujuan siapa pun, dan umat Islam tidak perlu mencarinya dari siapa pun.
Islam kuat dan tidak perlu malu. Islam juga sangat manis, bukan karikatur yang sering digambarkan di televisi dan surat kabar.
Pesan Islam indah dan manis.
Kisah Bilal adalah bukti dari apa yang selalu diajarkan Muhammad.
Bukan status sosial, pangkat, atau pendidikan yang membuat seseorang lebih baik dari yang lain, melainkan ketakwaan.
Mereka yang dekat dengan Allah adalah orang-orang terbaik.
Bilal telah menderita demi Islam dalam tubuhnya. Ia rendah hati dan lembut, setia dan loyal.
Ia kuat, namun ketika ia memanggil umat Islam untuk shalat, mereka bisa menangis karena gembira, begitu merdunya suara itu.
Dengan belajar dari semua pahlawan agama kita, kita, seperti Bilal bin Rabah, dapat menarik orang lain ke Islam melalui cara hidup kita, InsyaAllah.
Sumber: aboutislam
[Sdz]