ANALISIS terhadap rekaman video dan tinjauan oleh para ahli senjata peledak mengungkapkan bahwa amunisi yang diproduksi di AS digunakan dalam serangan udara Israel yang mematikan pada hari Ahad (26/05/2024) di sebuah kamp pengungsi di kota Rafah di selatan Gaza.
Rekaman CNN pada hari Rabu (29/05/2024) menunjukkan sebagian besar kamp dilalap api, ketika banyak warga sipil, termasuk pria, wanita dan anak-anak, mati-matian mencari perlindungan dari serangan tersebut.
Tim penyelamat terlihat mengambil mayat-mayat yang hangus, termasuk anak-anak, dari puing-puing.
Dalam satu video di media sosial, yang dipastikan berada di lokasi yang sama dengan mencocokkan detail seperti tanda pintu masuk kamp dan ubin tanah, terlihat ekor bom berdiameter kecil (SDB) GBU-39 buatan AS, menurut empat ahli yang meninjau rekaman tersebut.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Diproduksi oleh Boeing, GBU-39 adalah amunisi berpresisi tinggi yang dirancang untuk menyerang sasaran-sasaran penting yang strategis, namun hanya menimbulkan kerusakan kecil, kata pakar senjata peledak dan mantan perwira artileri Angkatan Darat Inggris Chris Cobb-Smith kepada CNN.
Namun Cobb-Smith mencatat bahwa penggunaan amunisi apa pun di daerah padat penduduk selalu membawa risiko.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Rabu tidak membantah laporan tersebut, namun mengatakan ia tidak dapat memverifikasi apakah Israel menggunakan senjata yang dipasok AS dalam serangan itu.
Blinken mengatakan kepada wartawan saat berkunjung ke Moldova bahwa senjata apa yang digunakan dan bagaimana penggunaannya harus menjadi objek penyelidikan atas serangan tersebut.
Tank-tank Israel telah maju lebih jauh ke Rafah untuk pertama kalinya dalam hampir delapan bulan perang Israel di Gaza, menandai fase baru dalam serangan gencar mereka.
Amunisi AS Digunakan Dalam Serangan Udara Barbar Israel di Rafah
Serangan udara pada hari Ahad menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai hampir 250 orang, kata Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza.
Serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan.
Saat ditanyai berulang kali oleh wartawan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada hari Selasa bahwa Washington tentu saja mengutuk hilangnya nyawa dalam serangan di Rafah, namun menegaskan bahwa Israel terus melakukan penyelidikan yang menurutnya akan memberikan pencerahan serangan itu.
“Kami tidak ingin melihat satu pun nyawa tak berdosa terenggut, dan saya sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu,” kata Kirby setelah ditanya berapa banyak mayat hangus.
Joe Biden harus melihat referensi terhadap gambar-gambar yang muncul setelah serangan tersebut sebelum dia mempertimbangkan perubahan pada kebijakan AS.
AS secara tradisional merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel.
Bulan lalu, Biden menandatangani paket bantuan luar negeri senilai $95 miliar termasuk $26 miliar untuk Israel.
Pemerintahannya memberi tahu Kongres pada tanggal 14 Mei tentang paket senjata baru senilai lebih dari $1 miliar termasuk $700 juta untuk amunisi tank, $500 juta untuk kendaraan taktis dan $60 juta untuk mortir yang rencananya akan dikirim ke Israel, menurut laporan media.
Sumber: trtworld
[Sdz]