PERANG Pemikiran, Louis IX dan alasan kenapa umat hari ini diam atas Palestina ditulis oleh Edgar Hamas dalam channel Telegram @GenSa.
#TodayinHistory 4 Dzulqa’dah 647 H (1248 Masehi) Raja Louis IX bersama 30 ribu tentaranya dari Prancis menyerang Mesir untuk meletuskan Perang Salib ketujuh dalam pertempuran Mansoura dan berakhir kalah.
Kekalahannya dari mujahid Kesultanan Mamalik membuatnya berpikir untuk menyerang Kaum Muslimin dari medan pemikiran, bukan lagi medan militer.
Motivasi penggunaan “perang pemikiran” di zaman ini bermula dari kekalahan pahit yang dialami pasukan Salib dari perang pertama mereka dengan kaum Muslimin pada abad ke-5 dan ke-6 Hijriah, (11 dan 12 M), yang berakhir dengan kekalahan telak dan kegagalan dalam mencapai tujuan mencapai apa pun yang ingin dicapai.”
baca juga: Perang Pemikiran, Upaya Memadamkan Cahaya Islam
Perang Pemikiran, Louis IX, dan Alasan Kenapa Umat Hari Ini Diam Atas Palestina
Dari kitab:
تحصين المجتمع المسلم ضد الغزو الفكري
Raja Prancis itu berangkat dari istananya dengan angkuh. Setiap jalan di Paris berhias pujian buatnya. Rakyat bersorak sorai menanti kabar baik dari ekspedisinya.
Para uskup dan biarawanpun berbaris rapi melepas kepergiannya bersama pasukannya.
Apalagi Paus Innocent IV, pemimpin kristen tertinggi di Eropa kala itu —yang menyuruhnya untuk memimpin pasukan gabungan seluruh Eropa untuk menyerang negeri Islam dan merebut Baitul Maqdis— berdiri di hadapannya dan menggelarinya sebagai ksatria suci yang dijamin surga.
Orang Eropa di Abad Pertengahan sampai zaman modern ini menamakan ekspedisi itu dengan; Perang Salib. Ya, perang salib yang ketujuh!
Ia dan tentaranya berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan negeri Islam dan merebut kembali Kota Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dibebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah.
Namun sedatangnya ia di Mesir, ternyata Kaum Muslimin sudah siap menyambutnya dengan semangat jihad membara.
Perang meletus di sebuah kota kecil bernama Al Manshurah di utara Mesir, antara 30 ribu pasukan nasrani gabungan banyak negeri Eropa melawan tentara muslim Mesir —4600 pasukan berkuda dan 6000 pasukan pejalan kaki— yang dipimpin oleh Panglima Fakhruddin Yusuf.
Dan sebagaimana kamu tahu, jika Umat Islam masih berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun jumlahnya biasanya akan menang dengan iman dan keyakinan.
Sudah kalah, Louis IX ditangkap pula. Bahkan, beberapa kali ia mencoba lagi untuk bertempur melawan umat Islam, namun tetap saja ia dan pasukannya menderita kekalahan yang telak.
Hingga suatu hari ia mendapat ide, lalu mengumpulkan orang-orang pentingnya.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Umat Islam”, ucap Louis IX penuh kedengkian pada menteri-menterinya, “kita tidak akan menang melawan mereka selama di hati mereka Islam masih hidup!”
“Kamu sekalian tidak akan mampu untuk mengalahkan orang-orang Islam di medan peperangan fisik”, kata Louis IX pada raja-raja Eropa, panglima militer dan menteri-menterinya,
“pertama, kamu mesti merusak dulu keyakinan mereka. Lalu, barulah kamu sekalian bisa menaklukkan mereka dengan mudah!” (Waqi’una Al Muashir, M. Quthb)
Lebih jauh, dalam uraian seorang ulama, Louis IX menyimpulkan bahwa siapapun yang menghadapi Umat Islam, maka mereka mesti menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-raguan dan opini yang sesat di tengah Umat Islam.
Sejak saat itulah, mereka yang tidak ingin umat ini bangkit, mengenal sebuah taktik melawan umat Islam yang ternyata penuh keteguhan di medan perjuangan.
Dengan taktik ini, mereka berusaha memadamkan cahaya Allah di muka bumi. Taktik itu bernama; Perang Pemikiran, atau dalam istilah bahasa Arab adalah, “Ghazwul Fikri.”[ind]
Referensi:
1. Pengantar Ilmu Filsafat Universitas Al Azhar Kairo, 2016.
2. كتاب الحملة الصليبية على العالم الإسلامي والعالم
3. فشل الغرب عسكريا وتخوفه من الإسلام
4. واقعنا المعاصر، محمد قطب