SALAH itu biasa. Karena, manusia tak luput dari salah dan lupa. Tapi, jangan membiasakan salah.
Sebuah ungkapan bijak dari ulama begitu menarik: “Al-insaanu mahallul khotho wan nisyaan.” Manusia itu tak luput dari salah dan lupa.
Kalimat bijak ini menuntun kita bersikap proporsional terhadap kesalahan orang lain. Bukan sebagai legitimasi salah diri sendiri.
Jangan bersikap berlebihan terhadap kesalahan orang lain. Meskipun dari orang yang layaknya tidak boleh salah.
Misalnya, orang tua yang berbuat salah. Atau ada guru yang salah. Dan mungkin juga seorang ustaz yang melakukan kesalahan.
Jangan padankan kesalahan itu dengan peribahasa: seperti panas setahun yang diguyur hujan sehari. Seolah-olah gugurlah kebaikan mereka yang super itu dengan kesalahan sesekali
Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah ditegur Allah karena abai dengan orang buta yang ingin menemuinya. Dan Nabi pernah juga lupa dengan jumlah rakaat shalat yang dipimpinnya.
Peristiwa bersejarah ini bukan untuk mengurangi kesucian Nabi. Tapi ingin menguatkan bahwa Nabi juga seorang manusia seperti kita. Dengan begitu, umatnya akan yakin bisa meneladani sunnahnya.
Kalau Nabi saja bisa salah dan lupa, terlebih lagi saudara kita. Dahulukan maaf dari hukuman. Siapkan seribu satu alasan untuk memaafkan. Mungkin dia lalai, terpaksa, khilaf, dan seterusnya.
Jangan dompleng kesalahan orang lain untuk menaiki citra diri sendiri. Misalnya dengan ungkapan, “Tuh kan. Aku bilang juga apa!” Ungkapan ini menunjukkan bahwa si pembicara lebih hebat dari sosok yang dibicarakan.
Kecuali, terhadap para kriminal yang memang jelas-jelas berprofesi dengan pekerjaan yang salah. Misalnya koruptor ulung, dan lainnya.
Ketika seseorang sebagai kiasan selama setahunnya sangat baik, jangan hapus kebaikan itu karena sesekali salah.
Orang baik yang selalu diprasangkakan baik, insya Allah, ia akan selalu baik. Tapi jika orang baik selalu diprasangkakan buruk, boleh jadi, ia akan menjadi buruk.
Salah itu biasa. Tapi jangan membiasakan salah. Selalulah sangkakan yang baik untuk saudara-saudara kita. Karena hal itu bisa menjadi doa. [Mh]