ADA sebuah kisah tentang seorang lelaki saleh dan seekor harimau. Pada zaman dahulu ada seorang lelaki saleh yang mempunyai saudara lelaki yang saleh juga dan tinggal berjauhan.
Setiap tahun ia mengunjungi saudaranya. Pada suatu hari ketika ia mengunjungi rumah saudaranya dan mengetuk pintu rumahnya, istri saudaranya bertanya, “Siapa?”
Baca Juga: Siapakah Orang Saleh yang Sebenarnya?
Kisah Seorang Lelaki Saleh dan Seekor Harimau
“Iparmu, saudara dari suamimu, datang untuk menengok saudaraku,” jawab lelaki itu.
“Ia masih pergi mencari kayu, semoga tidak dikembalikan oleh Allah,” kata istri saudaranya, sambil lalu memaki-makinya.
Kemudian tidak lama datanglah saudaranya itu bersama seekor harimau yang memikul seikat kayu. Ia berkata pada harimau itu, ““Pergilah, semoga Allah memberkahi kamu.”
Kemudian dipersilahkan saudaranya untuk masuk ke rumah, sedang istrinya terus berkata kasar padanya. Saudaranya itu tidak menjawab istrinya walau sepatah kata pun.
Dihidangkanlah makanan dan ia makan bersama saudaranya. Setelah itu ia minta izin untuk kembali pulang. Ia tidak henti-hentinya memikirkan tentang kesabaran saudaranya terhadap istrinya yang buruk perangainya itu.
Setahun kemudian lelaki saleh itu kembali mengunjungi saudaranya. Ia mengetuk pintu dan dari balik pintu istri saudaranya bertanya, “Siapa?”
“Aku saudara suamimu datang untuk mengujungi saudaraku,” jawab lelaki itu.
Istri saudaranya itu segera menyambutnya, “Selamat datang.” Ia pun dipersilahkan untuk menunggu suaminya yang sedang mencari kayu.
Istri saudaranya selalu memuji kebaikan suaminya itu. Tidak lama kemudian datanglah suaminya memikul kayu di atas punggungnya. Sesudah mereka makan bersama, lelaki itu bertanya tentang hal dahulu ketika harimau membawakan kayunya, dan kini kayu terpaksa dipikulnya sendiri.
“Hai saudaraku, istriku yang cerewet dahulu itu telah meninggal dunia. Karena kesabaran saya atas kecerewetannya, Allah mendatangkan harimau untuk membantu saya dalam mencari kayu.
Kemudian ketika aku telah diganti oleh Tuhan dengan istri yang baik budi ini, sudah tidak ada lagi harimau itu. Kini terpaksa aku harus memikulnya sendiri kayuku itu.”
Kisah di atas diambil dari Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujain karya Imam Nawawi al-Bantani yang berisi tentang adab-adab dalam rumah tangga.
Dari kisah itu, betapa Allah akan memberi banyak pertolongan pada suami yang bersabar dari istri.
Ketahuilah, bahwa bersikap baik terhadap istri itu bukan hanya menjaganya dari hal-hal yang bisa menyakitinya. Namun, juga menanggung pedihnya hati bila tersakiti olehnya dan berlembut hati saat dia marah atau galau dan tersalah…” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin, bab Adab2 Pernikaha
Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata, “Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah memperlakukannya dengan baik.
Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk, kelambanan, dan kemarahannya. Untuk meneladani Rasulullah, Ketahuilah bahwa ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataannya dan ada pula yang tidak memedulikan beliau hingga malam.
Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor yang bisa menyenangkan hati.” [Maya Agustiana/Cms]