SATU keluarga lompat dari lantai 22 apartemen dan bersimbah darah di halaman parkir Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Sabtu (9/3/2024).
Dikutip dari berbagai sumber, keempatnya ini diduga bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 22 gedung apartemen. Aksi nekat itu terekam oleh CCTV apartemen.
Satu keluarga ini terdiri dari pria berinisial EA dan istrinya AIL serta kedua anaknya yang laki-laki berinisial JWA dan perempuan JL.
Dalam rekaman CCTV terlihat para korban ini memang sudah mempersiapkan diri untuk melakukan aksi nekat tersebut.
Keempat korban ini datang ke apartemen sekitar pukul 16.20 WIB menggunakan mobil berwarna silver. Dalam rekaman kamera pemantau keempatnya pergi menuju lobi dan langsung masuk menuju lift ke lantai 21 dan menuju rood top ke lantai 22 gedung.
Di dalam lift, EA terlihat mencium kening istrinya AIL dan mengumpulkan semua telepon genggam korban ke dalam tas.
Berdasarkan penyelidikan, keempatnya mengalami luka di bagian belakang kepala, tulang disekujur tubuh, kedua tangan dan kaki mengalami patah.
Pada kondisi di bawah, pergelangan tangan AIL (ibu) terikat tali dengan JWA (anak laki-laki), sementara itu pergelangan tangan EA (ayah) dan JL (anak perempuan) terlihat kondisi tali yang telah terlepas.
Kini para korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan autopsi, guna untuk kepentingan penyelidikan pihak kepolisian.
Baca juga: Heboh Kasus Bullying, Jangan Terpaku pada Pelaku dan Korban
Satu Keluarga Lompat dari Lantai 22 Apartemen, Begini Tinjauan dari Sisi Psikologis
Dugaan sementara tewasnya satu keluarga ini merupakan kasus bunuh diri. Bunuh diri sendiri diduga terkait dengan kondisi mental psikologis yang mengalami gangguan, seperti depresi.
Menurut para pakar, depresi ini disebabkan oleh beberapa faktor yang akan mempengaruhi kondisi otak dan perilaku seseorang. Faktor-faktor ini bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari lingkungan, pola asuh, kehilangan pekerjaan dan lainnya.
Berdasarkan para ahli, lebih dari 90% orang yang bunuh diri mengidap aau mengalami gangguan psikologis. Perasaan terisolasi dan kehilangan harapan adalah hal yang sangat bisa menyebabkan terjadinya bunuh diri.
Depresi sering kali disangkutpautkan dengan bunuh diri atau bahkan diduga menjadi biang keladi dari kasus bunuh diri, tetapi kenyataannya kasus kematian ini tidak selalu berkaitan dengan luka psikologi.
Ada kemungkinan peristiwa ini cenderung lebih kepada rasa putus asa. Putus asa sendiri tidak selalu disebabkan karena seseorang mengalami gangguan mental. [Din]