ChanelMuslim.com- Seorang siswa SD begitu menekuni tugas gurunya untuk mengamati bagaimana telur menetas. Setiap hari, ia selalu mondar-mandir ke kandang ayam, di mana induk ayam mengerami telur-telurnya.
“Duh, lama sekali telur-telur ini menetas,” ucapnya membatin. Ia tidak sabar menunggu begitu lama.
Suatu hari, sang anak menunggu kesempatan untuk melihat langsung telur, tanpa ada induknya. Dan kesempatan itu pun datang. Induk ayam keluar kandang untuk mencari makanan.
“Tok!” suara ketukan sebuah kayu terhadap salah satu telur. Telur itu pun pecah.
“Lho, kok belum ada anak ayamnya…,” ucap sang anak dalam kebingungannya. “Padahal kan sudah lama sekali,” tambahnya kemudian.
“Ada apa, Nak?” suara seseorang yang tiba-tiba sudah berada di balik tubuh sang anak.
“Eh, Bu Guru,” ucapnya agak gugup.
“Bu, aku tadi memecahkan salah satu telur yang sedang dierami induknya. Tapi, belum ada anak ayamnya,” ungkap sang anak, polos.
“Memang, sudah berapa lama induk ayam mengerami telur-telur itu, Nak?” tanya sang guru sambil mengamati sang anak yang langsung membuka buku catatannya.
“Sudah empat belas hari, Bu,” jawabnya.
“Nak, ayam butuh 21 hari untuk bisa menetas dari telurnya. Jadi, masih 7 hari lagi,” jelas sang guru.
“Oh begitu. Aku kira, karena kulit telur ini terlalu keras sehingga belum menetas juga. Jadinya, aku pecahin untuk membantu anak ayam keluar dari telurnya,” ucap sang anak, mengungkapkan rasa ingin tahunya.
“Nak, biarkan telur yang dierami pecah dari dalam. Dengan begitu, telur akan melahirkan kehidupan. Dan, telur yang dipecahkan dari luar, akan memutus kehidupan,” jelas sang guru yang diiringi anggukan sang murid.
**
Bersabarlah untuk menanti regenerasi sebuah keberlangsungan hidup. Butuh waktu, dan kesungguhan “mengerami” potensi generasi baru.
Selanjutnya, biarkan tongkat estafet teraih dari dalam karena itu pertanda sebuah kesiapan. Dan, jangan paksakan tongkat itu dari kekuatan luar karena boleh jadi hanya akan memunculkan keputusasaan. (muhammad nuh)